Mari Mampir!

Selamat datang di blog saya. Selamat menikmati menu beragam yang akan mengisi dahaga mu akan ilmu dan rasa lapar mu akan cerita tentang hidup. Jangan dulu meninggalkan meja makan ku sebelum kamu kenyang dan siap melangkah lagi. Salam kebajikan.
Breaking News
recent

Musim Ke Delapan

Hampir memasuki musim ke delapan November nanti, aku masih merangkak mencari jalan pintas. Termenung sejenak. Lalu mendapatkan diri terpuruk menyesali semua nya. Kebodohan. Aku menyadari nya. Meski pun urat nadi ku sayat, hidup ku siap dilayat, tetap masih jauh dari layak. Penyesalan. Kebencian akan ketidakmampuan. Anak kecil pun paham akan nostalgia kebahagiaan bersama orang tersayang. Tapi semua telah terjadi. Kau pergi dan tak sudi kembali. Aku mati suri. Pada cinta yang terkirim lewat pos-pos di pertigaan hidup yang susah untuk dilewati. Jalurnya begitu rumit. Tanpa ada kode pos, nama desa, kecamatan, kota, provinsi, dan negara.

Sekali.
Ingin sekali saja ku minta kau menmpakkan paras. Merangkul ku. Lalu mengungkapkan kebencian mu. Sehingga aku tenang. Meski pun nanti aku mati akan lebih tenang. Dosa ku. Beban ku. Bukan perkara mudah. Ringan kan sejenak. Sedikit saja. Aku mohon. Aku rela menengadahkan, membakar seluruh tubuh ku di bawah hamparan panas matahari, beralaskan pasir kuning arab, di gurun cina sana.

Dramatis dan penuh kesedihan. Bahkan putus asa. Belum ikhlas dan mampu ku bagi cinta ini untuk makhluk lain ketika tak ada izin mu. Kau bukan tuhan.

Tolong izin kan aku untuk bahagia.

Di telaga itu, ku petik dua lembar daun teh. Ku pandangi diri mu duduk tersenyum di atas batu sungai yang mengering. Ku pandangi dir mu. Ku pandangi diri mu. Dan Ku pandangi diri mu. Kau terlalu indah.

Di kawah legenda itu. Kau menangis. Meminta ku tuk kembali. Aku kosong. Aku kosong sekali.

Di saat hujan deras dan berguruh, kau datang. Di saat aku tak sadar kan diri, kau menyanggah raga, memberikan mimpi. Bebagai khayalan menemani bawah sadar ku. Bahkan, ketika ku melepaskan emosi yang memuncak, kau tersenyum dan memeluk ku. Kau segala nya. Hanya ketidakmampuan ku mendefinisikan karunia. Karena ketidaksanggupan ku.

Semua nya telah terjadi.

Aku sendiri dan meratapi. Tanpa bisa mebuka hati. Karena aku masih belum sanggup menyakiti. Aku masih tidak sanggup menikmati karunia. Hati ku terlalu beku. Hanya mampu mencair sejenak. Aku terlalu dingin. Bahkan badai matahari tidak bisa melelehkan nya. Karena aku sudah beku. Mendekati abadi.

Abadi. Kekal. Tuhan yang tahu.Itu milik tuhan. Aku hanya berandai sepi. Hanya seperti itu. Maaf, Tuhan.

Ya, Maaf tuhan.
Ya, Maaf Tuhan. Aku ingin segera kembali pada Mu dengan ikhlas pada diri nya.

No comments:

Silahkan tinggalkan pesan atau komentar yang membangun untuk penulisan/karya yang lebih baik. Terima kasih.

Powered by Blogger.