Tak Perlu Kamus Malu
Hari pertama ku melihat kembali tumpukan soal-soal yang tertuang di dalam buku-buku setebal 5 hingga 10cm. Hari pertama ku pula merencanakan akan meninggalkan sementara mereka untuk mencicipi lagi apa yang aku rindukan selama ini. Kau. Setidak nya, aku dapat sedikit menyandarkan lelah ku, lalu melepaskan beban-beban yang tak perlu mengerak di dalam ruang atas tenggorokan ku.
Mengingat mu, sekarang ku rasa, tidak menyiksa ku. Karena rindu ku tak pahit dan kelabu. Kau tahu, aku sungguh menikmati perhatian mu. Dimulai dari semua ungkapan-ungkapan manis lebih dari madu, hingga tawa canda yang tak perlu kamus malu. Kau begitu segalanya bagi ku.
Kemudian ku lihat suara hujan menderu sepertu mesin-mesin yang menggelinding di jalan tol baru.
"Apa yang kau tahu ketika aku menunggu mu mengatakan, Apa kabar mu?"
Lalu ku berdiri, memasrahkan telapak tangan ku tersiram dan merasakan ada kamu, seperti menggenggam erat tangan ku dan hendak meraih ku. Aku tersenyum sendu karena akhirnya bisa ku temukan dimana aku merindu. Di setiap saat pikiran ku memberikan ruang untuk mu. Pula di setiap hal yang mengingatkan ku pada mu. Semua hanya tentang mu, kekasih ku.
Ya,
Aku memiliki seorang kekasih yang selalu membuat ku rindu. Tak seperti dahulu. Hanya pecahan memori dari pelampiasan kosong masa dulu.
Kau nyata dan aku tak keliru.
Kau hadir di saat aku membuka mata satu persatu
hingga menenggelamkan diri dalam lelap hati ku..
Harus kah ku kabarkan berita pada tuhan bahwa aku sedang bahagia bersama mu?
Ya, kau mungkin akan mengatakan:
"Tuhan tahu karena aku sudah meminta mu uuntuk ku."
Aku pun akhirnya tersipu malu karena engkau telah dulu meminta ku untuk mu. Kau dan Aku. Semoga satu selalu bersama mu.
Bismillah.... ^^
No comments:
Silahkan tinggalkan pesan atau komentar yang membangun untuk penulisan/karya yang lebih baik. Terima kasih.