Aku "Charge" Dulu
Besi yang ini telah berkarat dan melebur di atas tanah tandus yang kecoklatan, kering, dan tak subur. Telah lama ku rasa bertahun dalam beberapa hitungan. Entah ratusan menit, ribuan detik, atau entah hanya sepuluh jam saja, tetapi ku rasa kosong. Meski suara-suara lantang dari bocah-bocah tadi sore berteriak ramai, ku hanya menutup hati agar tak tampak rindu ku pada mu. Ku riangkan paras ku, menraik ujung-ujung bibir ku, dan menganggakt kedua bulu otot alis ku, hingga ku teriakkan yang tak terlalu perlu.
Karena telah lama ku tahan rindu yang begitu mengeras batu, dalam kalbu yang hampir kelu menunggu. Malam saat aku ingin mendengar mu, kau hilang ditelan jarak dan waktu. Hingga aku lelah termangu. Lalu terlelap lugu. Ku temukan pesan mu. Permohonan maaf mu. Aku masih menyimpan kesal, pikir ku. Ku abaikan rindu ku hingga hanya emosi yang berlaku. Tetapi, hati tak mampu berseteru. Aku tak tahan dan segera ingin melepaskan rindu.
Tak lama ku titip rindu dengan pesan-pesan baru. Engkau, sayang nya, tak kunjung tahu. Diam membisu. Engkau marah pada ku, pikir ku. Tak pelik aku gelisah selalu.Semua waktu dan ruang ku kosong tak bergerak karena kendali mu pada rongga-rongga kosong otak ku. Aku sudah terlalu rindu. Tapi masih tak ku temu semua pesan balas mu. Aku sedikit tersedu ketika bel kelas berbunyi padu. Memanggil ku untuk mengajar kaku karena belum sembuh, rasa ku.
"Apakah akan segera hilang seperti masa-masa dahulu? Padahal kita belum bertemu!" Hanya itu pikir ku.
Ku isi sore hari itu dengan membayangkan mu. Saat bocah-bocah itu menulis seru, bertanya tak tahu, dan jeda sementara waktu. Tak sepenuh nya aku berada di sebuah ruang prestasi, karena telah ku katakan aku berada dalam kendali mu.
"Belum siap aku pun untuk kehilangan mu karena aku masih rindu. Masih meraup keuntungan batin untuk menutupi trauma dahulu. Sesal yang sebenarnya sudah tak perlu. Aku masih membutuhkan obat-obat mujarab dari mu." Pikir ku.
Lalu ku rehatkan sejenak pikiran ku yang mengganggu dari rindu ku pada mu. Dengan melatih bahasa baru yang ku pelajari senin lalu. Menata bibir dan suara ku agar bisa terdengar pas dan bermutu. Romantis, bahkan seru.
Hingga ku rebahkan diri di bantalan persegi di dalam kamar ku, masih sulit ku temukan mu. Tak ada balas pesan mu. Dering panggil mu. Bahkan tanda kehidupan mu. Ku takut engkau mati lebih dulu dari ku. Belum siap aku sendiri pilu. Kau tahu, engkau telah mengendalikan ku.
Ku berusaha keras menekan tombol-tombol mungil di seluler ku. Empat hingga berkali-kali tak jua ku dapatkan suara istimewa mu. Hingga aku meraih mu dalam tingkat frustasi satu. Ingin ku luapkan khawatir ku dan berteriak pada mu. Karena aku sudah terlalu rindu. Tetapi suara mungil mu menenangkan ku. Nada sabar mu meredam emosi ku. Akhirnya aku memanggil mu dengan rindu.
Tetapi sebentar, seluler ku sekarang sekarat batang satu. Aku charge dulu. ^^
No comments:
Silahkan tinggalkan pesan atau komentar yang membangun untuk penulisan/karya yang lebih baik. Terima kasih.