Mari Mampir!

Selamat datang di blog saya. Selamat menikmati menu beragam yang akan mengisi dahaga mu akan ilmu dan rasa lapar mu akan cerita tentang hidup. Jangan dulu meninggalkan meja makan ku sebelum kamu kenyang dan siap melangkah lagi. Salam kebajikan.
Breaking News
recent

Musim Ke Sembilan

Setelah mampu ku lewati musim ke delapan kemarin dengan sempoyongan, kini ku tapaki perlahan tiap-tiap menit jarum jam yang berputar di musim ke sembilan. Sekali lagi aku bisa bertahan di dalam sempitnya waktu yang memaksa hari-hari ku bergumam sendiri memeluk tembok dingin di gedung baru di Djuanda. Bersama siulan angin sepoi-sepoi, yang disambut ceria oleh mentari pagi. Fajar telah muncul membangunkan lelap ku. Ku hela setarik nafas berat dari oksigen subuh yang menyengat dan membuang nya cuma-cuma.


Masih bisa ku cium bau dari kicauan burung dan semilir daun pinus. Dan aku terlalu malas membuka mata. Lalu ku duduk di atas aspal hitam yang masih basah karena hujan semalam. Tak nyaman tetapi tak ada tempat yang lebih nyaman lagi. Ku jatuhkan keras kening rapuh ku pada lengan yang bertumpuk di lengan kiri ku. Sekali, dua kali, hingga beberapa kali. Tak perlu hingga ada benjolan atau luka, cukup hingga ku terjaga. Ku hela satu tarikan nafas lagi dan beranjak pergi menuju sebuah stasiun tua di samping jalan Otista.


Tak ku temukan satu pun calon penumpang di sana. Hanya beberapa kepala yang hilir mudik entah mau kemana. Tak ku dapatkan kereta yang hendak berangkat pula. Lalu ku putuskan ke terminal di dekat Cafe penjual serabi setelah rumah makan sunda. Di sana begitu ramai. Hingga bau tak asing dari pembuangan solar hingga bau keringat bercampur bau matahari mendominasi kota.


Ku lihat ada dua, menuju Bandung dan Jogjakarta.


Ku pikir,


Di Bandung ku bisa menemani penyesalan-penyesalan masa lalu yang membuat ku tersiksa. Tetpai di sana, bisa ku rawat hati ku dengan sisa memori yang ada. Lalu menyembuhkannya dengan semua pelampiasan duka. Tetapi tampaknya hanya akan menderita pada akhirnya.


Lebih baik aku ke Jogjakarta.


Di Jogjakarta, bisa ku hangatkan rasa agar bisa ku buka hati ku untuk bisa menikmati dunia. Dekat pula dengan tempat mu hingga bisa ku luapkan cinta dan membanjiri rindu ini dengan leluasa. Meski memakan 4-5 jam, bisa ku rencanakan kata hingga masa yang akan kita punya. Seperti biasa, kita di pantai bersama.


Aku ingin belajar melukis batik di Jogja karena terindah dari yang ada di Indonesia, bahkan Malaysia. Di sana pun aku bisa belajar membuat cerita tentang cinta kita berdua. Tak perlu seperti novel-novel laris dunia, cukup kita. Kan ku tuliskan banyak nama mu dengan berbagai karakter yang menggoda. Ku ku tempatkan setting serta lokasi yang berbeda yang mampu menginspirasi setiap dialog yang ada. Lalu akan aku siapkan banyak cara untuk bisa membuat tragedi yang akan berakhir bahagia. Dan tak perlu pula seperti sinetron di TV atau Telenovela, cukup kita.Tak perlu ada sesuatu yang bisa membuat kita menagis sendu hingga terluka, cukup kita mengais hidup bersama dalam suka. Tak perlu duka karena hanya akan menciptakan cerita yang tak ku suka. Aku sudah cukup memakan duka.


Lalu mungkin kita akan pergi ke Surabaya. Berdiri di bawah terik matahari setelah tiba di Bandara. Lalu beranjak ke Dermaga melihat kapal laut besar menuju laut lepas di luar pulau Jawa. Ke Makassar atau ke Bali, yang mana pun aku akan selalu setia. Kan ku peluk ketika senja tiba, di atas perahu bukan sebesar Titanic, hanya kapal Ferry semata. Ku harapkan bisa melihat pemandangan syurga dari tarian indah lumba-lumba di sepanjang Madura. Karena Bali jadi tempat tujuan kita. Lalu lombok hingga mungkin ke Papua.


Kemana pun aku ingin bersama. Tak perlu kita bekerja. Meskipun terdengar gila. Karena aku rasa sudah tergila-gila. Aku sudah buta dengan tanpa kacamata hitam ala Asep Irama.


Akhirnya aku bisa berbahagia dalam tulisan ku yang ke dua dari rangkaian musim sebelumnya. Karena engkau ada. Di musim ke sembilan kita bersua. Semoga semua mimpi yang kita punya, dapat membuahkan hasil di musim-musim selanjutnya.


Terima kasih Tuhan, kekasih pertama ku, karena membuat ku Bahagia.

Terima kasih, Kekasih ke dua, karena Tuhan yang pertama, karena melalui mu ku dapat tersenyum kembali dan bahagia.


Terima Kasih...

No comments:

Silahkan tinggalkan pesan atau komentar yang membangun untuk penulisan/karya yang lebih baik. Terima kasih.

Powered by Blogger.