Drama [Tiga Cerita]
I : 2006 : M J R
Engkau adalah satu pribadi yang membuatku kagum akan semua anugerah tuhan di dunia. Bandung, Juli 2006, kita dipertemukan di sebuah kampus pencetak para calon pendidik handal. Ku rasa engkau tak terlalu istimewa, awalnya. Dengan kesederhanaan mu, tetapi ku yakin, ada sesuatu yang lain. Sesuatu yang akan menjadi misteri. Sesuatu yang sebaiknya ku cari tahu. Sesuatu yang membuatku penasaran ingin lebih mengenal mu. Itu saja kesan ku. Kau cukup cuek dan membuatku santai, sejujurnya. Kita berbicara ringan tentang "kita" dan semua yang ingin kita tahu. Lalu kita banyak bertemu.
Banyak hal yang bisa ku pandang dengan mata mu. Ada rindu dan kasih sayang cukup lebih dari seorang kawan main dan yang hanya sekedar basa-basi atau bercengkrama. Kau semakin berbeda. Semakin istimewa. Dan ada sesuatu yang ingin ku miliki. Hati mu. Tetapi, tuhan telah menciptakan sebuah jalan cerita yang begitu indah bagi kita.
Akhir Juli 2006, aku harus berpisah dari mu. Ada tugas kuliah wajib, Kuliah Kerja Nyata, di sebuah desa di Karawang. Tak terlalu jauh dari Bandung sebenarnya, tetapi cukup membuat ku gelisah. Karena satu bulan penuh harus tak bertemu. Cukup pesan-pesan singkat saja. Benar, tuhan sangat romantis. Dari sana kita banyak bercerita. Banyak mengungkakan rindu dan rasa kehilangan. Bahkan hingga kau sungguh bertekada nekad ingin menemui ku. Aku tahu kau pun begitu rindu. Ku bilang kau untuk bersabar. Dan kau tersipu malu dari semua ingin mu. Aku sungguh bahagia. Karena kita memiliki hal yang sama yang hendak diperjuangkan. Kita.
15 Hari di Karawang sebenarnya tidak membuatku tersiksa. Karena ku miliki satu keleuarga baru sederhana bersama mahasiswa siap lulus di tahun berikutnya. Mereka menyenangkan. Mereka keluarga ku. Yang membuat ku tidak sabar mengakhiri hari-hari ku di sana hanya kau, kekasih ku. Meskipun kita belum meresmikannya, tetapi aku yakin hati kita telah menikah dengan beberapa saksi di surat-surat pendek di ponsel, serta angin laut di Karawang. Ingin secepatnya ku temui mu.
Dan waktu itu pun tiba. Ku bisa hapuskan rindu dengan senyum cerah mu. Luapan rindu mu. Kau begitu bahagia. Tak pandang tempat, kau memeluk ku. Bahkan di stasiun bisa ramai di Leewi Panjang. Aku tertawa. Aku pun tersipu malu. Tetapi aku tak peduli dengan semua senyum-senyum sekitar ku. Karena dunia milik ku dan milik mu.
Aku banyak bercerita dan kau mendengar ku dengan antusias. Dengan senyum riang mu. Dengan tanya penuh keingintahuan mu. Kau begitu segalanya. Kau semakin mempesona. Lalu kau pun banyak bercerita tentang rindu mu. Dan ku ungkap kan pula rindu ku. Hingga akhirnya kita bersatu. Kita telah satu.
Tuhan, drama mu begitu praktis romantis. Aku menyukainya. Aku menyukai jalan cerita mu untuk ku bersama nya.
Banyak tempat-tempat indah telah kita jamah. Dari pantai selatan di Pelabuhan ratu. Lembang dan Subang, mencari buah nenas kecut hasil tipuan pedagang nakal. Ciwidey hingga pelosok Sumedang. Dan tak lupa Air terjun Cinulang. Kau menceritakan bahwa jika kita ada di sana, kita akan segera bercerai. Dan tuhan akan membuat tragedi dari cerita kita. Aku malah tertawa dan menyuapi nya potongan apel merah yang ku suka. Kau tersenyum dan meyakinkan ku bahwa kita bisa selamanya. Jika kita mau? [Sesungguh nya aku mau!]
Bodohnya aku. Aku menjadi merasa bosan pada mu. Dengan semua senyum manis mu. Bahkan tawa riang mu. Aku tak tahu. Apa karena kita terlalu sering bertemu?
Aku menyesal telah menyakiti mu. Meninggalkan mu. Dan ketika aku mulai mengharapkan mu lagi, engkau telah memutuskan untuk memilih pasangan dari kedua orang tua mu. Dan engkau telah memaafkan ku. Tetapi aku masih belum memaafkan ku.
II : 2010 : C E
Lama berselang waktu untuk melupakan mu. Aku menemukan kembali masa lalu. Masa-masa cinta di SMU. Engkau masih indah bagi ku. Maaf, dulu aku belum mampu. Dan ketika ku rasa sudah mampu, engkau telah ada dia. Lelaki yang sering engkau tak hiraukan. Tetapi berjuang mendapatkan cinta mu. Kau sungguh perlu diperjuangkan.
Aku seharusnya tahu itu. Dan aku memang tahu. Tetapi ada sesuatu yang harus aku tunjukkan pada mu. Janji ku ketika aku mampu. Dan telah ku ungkap kan semua rasa ku. Dan hendak ingin ku lamar diri mu, tetapi dia mendapatkan mu lebih dulu. Langsung pada orang tua mu. Dan aku? Hanya masa lalu. Maafkan aku.
III : 2011 : H
Dari penyesalan-penyesalan ku dulu, lalu ku temukan mu. Meskipun engkau jauh di ujung pulau Jawa, ku yakin kan ku aku mampu. Penuh tekad ku, bulat. Lebih bulat dari bola, dan lebih panas dari matahari. Begitu menggebu. Karena aku tak ingin membuat kesalahan yang sama dari cerita masa lalu.
Engkau pun menginginkan ku. Dan ku ingat kita banyak membuat rencana-rencana baru. Di Bandung atau Jakarta, bahkan rela ku temui mu di sana. Banyak curahan hati ku raut di atas tulisan-tulisan Facebook ku. Kau begitu gembira membaca surat-surat ku. Seperti John pada Savannah. Banyak rindu di sana.
Ingin segera masuk bulan Februari, karena di sana akan ada kita. Ingin segera akhir Januari, karena engkau akan memberikan kabar yang membahagiakan. Aku menunggu mu.
Tetapi, 2 minggu terakhir ini, engkau selalu menghilang dari peredaran darah ku. Tak mampu ku raih dari semua hal yang bisa mendekatkan ku pada mu. Aku mulai gelisah tak tentu. Janganlah dulu tinggalkan ku. Karena telah aku siapkan jadwal-jadwal khusus ku untuk mu. Luapan dari mimpi-mimpi ku bersama mu. Tetapi engkau masih saja diam membisu.
Dan engkau menangis tersedu. Ayah mu sakit dan dirawat di rumah pesakitan. Aku tahu, rasa khawatir ku terlalu berlebihan jika kau segera meninggalkan ku. Ku buang jauh-jauh pikiran itu. Kau masih bersama ku. Kita masih kita. Lalu kita bersapa kembali dengan pesan-pesan indah seperti dulu.
Dan engkau menghilang kembali.
Dan engkau menghilang kembali di hari ke dua mu. Dan ketiga mu, engkau menyapa ku. Meminta maaf ku. Karena engkau akan tinggal kan ku. Aku pun tahu. Karena rasa takut ku menjadi nyata ku. Kau akan tinggalkan ku. Karena permohonan orang tua mu. Karena status gadis mu di desa. Karena ketakberdayaan mu menyakiti hati ayah mu. Satu-satu nya orang tua mu.
"Aku akan ke sana melamar mu? Jangan dulu tinggalkan ku?"
"Maaf, aku tak tahu, ayah sudah menerima lamaran keluarga nya." Dia menangis tersedu.
Aku akhirnya diam membisu. Termangu.
"Maaf. Aku mencintai mu. Mungkin kah nanti kita tetap bertemu?"
"Aku tak tahu!"
Aduh aduh,, aku kira ceritanya akan bahagia. Tapi kok endingnya sedih ya.
ReplyDeleteKalo boleh tau ini kisah nyata atau hanya sekedar fiksi
Kok sad ending sih kak ☹️☹️
ReplyDeleteIni team jagain jodoh orang ngga sih, huhu. Mudah-mudahan dapat ganti yang lebih baik yaaaa. Aamiin
Wah aku tuh juga kaget, plot twist yang sedih, dingin dan suram di endingnya ... Yok lanjutin Mas....
DeleteHufff, di awal cerita nya aku senyum-senyum membaca ceritanya, hampir sama dengan kisah ku, tapi kenapa sad ending. Yang sabar, semua indah pada waktunya
ReplyDeleteBelum jodoh mas, sabar ya... Mungkin ada wanita lain yg akan di suprise kan Tuhan padamu.
ReplyDeleteBtw kl terjadi padaku, ga sanggup kayaknya, ga move on 😅
Sedih baca ceritanya di akhir. Tapi aku menikmati banget ceritanya. Btw penulisan handal yang benar handal atau andal ya? Hehehehe maaf barang kali kita bisa jadi teman saling koreksi typo dan ejaan. Heheh
ReplyDeleteTidak typo tapi kurang peka dengan bahasa Indonesia yang baku. Setuju, seharusnya andal, bukan handal.
DeleteTerima kasih mbak Jihan, sangat senang dapat koreksi di hal-hal kecil seperti ini :)
Bikin penasaran ini akhirnya nanti gimana k Ahcdi? Aku paling gemes kalau ceritanya ga happy ending deh, hahahah maap yaa huhu padahal kisah nyata kehidupan ngga semua berakhir bahagia ya, hehehe
ReplyDeleteSaya hanya mau bilang, cinta itu harus dijaga dengan segenap rasa, halau rasa bosan dengan segala kekuatan. Suka dengan cerita ini, hanya penasaran ini fiksi atau bukan sih? Semoga hanya fiksi deh...kasihan mas nya sedih ah..
ReplyDeleteJagain jodoh orang sepertinya endingnya tidak selalu bahagia kak, sabar kak Tuhan telah mempersiapkan bidadari cantik yang lebih baik dari yang ini, berprasangka baik saja , pelan-pelan pasti bisa move on kok wkwkwk
ReplyDeleteDikira cerita bahagia si penulis, ternyata ... Salah tebak
ReplyDeleteSuka dengan kalimat "Ingin segera masuk bulan Februari, karena di sana akan ada kita" so sweeeeett.... jd inget ultah suami saya setiap tgl 6 Februari
ReplyDeletecoba dibukukan dong mas achi kayanya udah banyak cerita-cerita fiksinya. coba ikut buku2 antologi atau lomba cerpen hehe
ReplyDeleteNyerpen itu sangat asyik. Saya akui itu. Bacanya juga asyik dan lebih santuy. Saya suka ending yang menggantung.
ReplyDeleteBtw, melihat konsistensi menulis -ku dan -mu dipisah, saya setengan menduga bahwa ini gaya menulis Pak Achi.
Bicara gaya khas, saya jadi ingat Anang dengan cara mengatakan -ku yang juga khas.