Setelah Pagi
Ketika ku perhatikan beberapa lukisan yang tersenyum di dinding, ada satu ukiran tarikan tawa mu yang mengingatkan ku pada satu masa ketika kita bersua. Dengan peluh akibat panas nya suhu petang hari, kau terlihat kewalahan dengan berbagai bingkisan yang khusus kau hadiahkan untuk ku. Berkesan begitu manis dan tulus, aku sangat berterima kasih. Kau berarti bagi ku. Telah engkau singkirkan beberapa kaca yang masih menusuk di relung hati ku. Dan kau curi hati ku. Karena indah mu tak hanya itu. Kau melebihi harapan dan mimpi ku pada dunia. Itu yang aku tahu.
Lalu engkau tak lama membawa pergi hati ku, meski tak melintasi laut jawa atau bahkan jauh ke pasifik sana, tetap ku rindukan mu. Seperti begini. Selayaknya rindu. Kau masih satu sosok manusia biasa. Dengan sepasang mata indah, hidung bulat orang-orang asia, bibir tak terlalu tebal dengan ukiran indah nya, alis tebal, rambut hitam pekat yang seharusnya menjadi bintang iklan shampoo ternama, dan perawakan yang ideal.
Kau mengucapkan salam dengan, selalu, senyum mu yang tak palsu. Ada bahagia di sana yang tak perlu engkau ungkap kan lagi dengan kata-kata. Cukup dengan senyum mu.
Ku perhatikan kembali nama nu di batangan telepon genggam ku. Betapa cerdasnya ibu bapak mu yang menganugerahi malam dalam nama mu. Sinar benderang yang menerangi gelapnya malam ku. Ingin segera ku dengar tiap-tiap alunan desah nafas mu, cengkok jawa mu, serta cekikikan tawa riang mu ketika aku mengadu rindu.
Hanya begini saja, coretan-coretan hati yang bisa ku ungkap sebagai pesan sayang ku untuk mu. Sebagai seorang kekasih jauh yang tak bisa menimang mu segera. Sebagai lelaki, seorang makhluk tuhan, yang belum dapat memberikan mu bahagia. Setidaknya aku sedang berusaha.
Tadi pagi, akhirnya bisa ku dengar sayup semilir mu dari lubang-lubang kecil yang ada di batang Qwerty ku. Aku langsung tersenyum bahagia lebih dari apa yang aku kagumi di dunia. Kau sering tertawa ketika kita bicara. Kau pun tampak bahagia. Aku lebih dari bahagia.
Maaf, akhirnya aku dapat terbuka. Sehingga bibir ku tak dapat berhenti mengunggkap suka. Semakin aku mengenal mu, semakin ku kagumi kehadiran mu di hidup ku. Telah lama aku tak jatuh cinta dan kau meawarkan segala. Mudah-mudah perasaan mu masih sama. Masih menggebu seperti saat kita berkenalan pertama. Dan wajah-wajah elektronik yang ku kirim dua hari lama.
Aku tak ingin kau berbeda. Aku masih ingin engkau menjadi kekasih dunia. Bersama ku di dalam pelik maupun canda.
Tak kuat lagi ku menahan rindu tuk bersua...
Kapan kita bersama?
[Rindu setelah telepon pagi. Sukabumi, 5 Januari 2010 at 12.37 pm]
No comments:
Silahkan tinggalkan pesan atau komentar yang membangun untuk penulisan/karya yang lebih baik. Terima kasih.