Mari Mampir!

Selamat datang di blog saya. Selamat menikmati menu beragam yang akan mengisi dahaga mu akan ilmu dan rasa lapar mu akan cerita tentang hidup. Jangan dulu meninggalkan meja makan ku sebelum kamu kenyang dan siap melangkah lagi. Salam kebajikan.
Breaking News
recent

Dalam Fatamorgana

Yang terdalam,

dari semua yang tertanam

tak selalu mampu ku hadirkan pelipur rindu yang tersulam

oleh serat-serat halus sutra dan hiasan pualam


Siang di kota kecil sebelum pesisir selatan, ku dapatkan sebuah tanah gersang yang penuh dengan asap polusi. Kendaraan beroda raksasa hingga yang hanya beroda dua. Mataku tak kuat menahan teriknya cahaya yang kilau bagai matahari di atas gurun atau savana. Ku lelapkan sejenak hingga kantuk kan reda. Di sana, ku timbulkan fatamorgana. Tentang kita. Bagaimana hidup bersama sementara di dunia.


Fatamorgana,

ku temukan sebuah lorong mungil yang mampu menampung semua mimpi-mimpi kita. Tidak merah seperti yang telah ku jaga hingga delapan musim ke belakang. Karena yang sembilan telah ku isi dengan coretan indah dari setiap inspirasi yang engkau salurkan melalui darah ku. Melalui otak kanan ku. Karena aku tak ingin lagi menghitung detik-detik kebersamaan ku. Karena aku tak terlalu pandai matematika, hanya sedikit bahasa.


Fatamorgana,

ku serahkan hati dan imajinasi ku bersama mu. Aku pun takut akan terbang, jauh dari bumi yang membesarkan ku, sungai yang mengairi ku, hingga tumbuhan rambat yang mengikat ku.


Bahkan telah ku buka lorong merah ku untuk mu meskipun kau tak perlu menengok apa yang banyak terpaku dari rautan bambu atau kayu. Lalu, ku bersihkan semua debu yang menggangu, untuk mu. Agar tak kelilipan ketika membuka catatan lusuh yang tampak hitam, malah kelabu. Mau ku, saat engkau memegang erat pena ku, jangan bergetar karena pilu, tetapi bahagia, karena ku telah membuka nya untuk mu. Jangan ragu. Aku tahu. Ini akan sedikit sulit untuk mu. Membaca masa lalu ku. Dengan debu. Dan tampak syahdu. Aku hanya perlu mengadu dahulu. Pada buku hitam yang sudah berwarna abu-abu.


Sampai saat ini,

semua makhluk yang aku tahu sedang bercumbu dengan pilu, terkadang sempat tersipu malu oleh hati yang tulus seribu. Karena mereka tak mampu tak tergoda oleh kilatan tanpa rambu, tanpa merah untuk berhenti, dan langsung menyerbu.


Dalam Fatamorgana Ku yang ku temu,

tak luput engkau membisu melihat ku berkaca rindu. Membaca pesan dalam lirikan mata ku, senyum bias ku, serta diam-pikir ku. Ku bertanya pada mu.


"Apa aku keliru merasa bahwa engkau takut kepada ku? Atau kah tak dapat ku bangkitkan lebih gairah mu dibandingkan pesan-pesan yang lalu?"


Engkau masih diam membisu dan tampak masih tersipu.


"Apa aku tak dapat meringankan beban mu dari mata yang telah sayu dan berharap kitu?"


Engkau tetap membisu.


Aku pun akhirnya bisu. Hampir menyerah untuk lebih mengenal mu.


"Aku ingin tak kehilangan mu. Seperti dadu yang masih memiliki enam titik tanpa satu pupus pun."


Aku semakin bingung pada mu. "Kenapa engkau sempat membisu?"


Dan engkau semakin membisu.


Lalu ku raih jemari mu. Engkau diam membisu.


Dan ku temukan telapak tangan mu dengan ukiran indah bagai terumbu di kepulauan seribu. Ku ikuti lekukan dan corak nya hingga kau pun tersenyum malu. Dan aku tahu engkau telah memiliki ku.

No comments:

Silahkan tinggalkan pesan atau komentar yang membangun untuk penulisan/karya yang lebih baik. Terima kasih.

Powered by Blogger.