Mari Mampir!

Selamat datang di blog saya. Selamat menikmati menu beragam yang akan mengisi dahaga mu akan ilmu dan rasa lapar mu akan cerita tentang hidup. Jangan dulu meninggalkan meja makan ku sebelum kamu kenyang dan siap melangkah lagi. Salam kebajikan.
Breaking News
recent

TAK PERLU HUJAN DI PANTAI



Peluh ku masih saja menembus dua lapisan kaus yang ku kenakan tadi malam. Apakah pertanda hujan akan segera turun atau hanya suhu normal di perbatasan antara kota Bogor dan kota Depok saja? Adzan isya sudah berkumandang tiga puluh menit yang lalu dan perut ku sudah keroncongan. Terakhir kali aku menyuapinya dengan satu porsi mie bakso ditambah dengan satu sendok besar nasi merah yang dicampur dengan nasi putih agar menambah serat untuk pencernaan ku yang akhir-akhir ini menunjukkan gejala yang kurang baik.

Hal yang selalu menyulitkan ku ketika perut sudah bernyanyi fals dan aku tidak tahu ingin menyantap kuliner apa yang akan cukup membuat ku menggagalkan rongrongan makhluk-makhluk tak kasat mata di saluran duodenum ku. Lalu ku buka twitter di Blackberry ku dan ada satu makanan khas Indonesia yang sudah hampir tiga bulan lamanya tidak ku sentuh. Sate. Aku mulai tergiur dan memutuskan untuk mencari beberapa tusuk sate ayam atau mungkin kambing.

Di perjalanan, rintikan hujan halus jatuh di atas kepala ku. Tetapi suara geludug belum terdengar. Hanya desahan angin malam yang menyentuh pipi dan menarik lembut rambut tipis ku. Sesekali ku lihat langit hitam di atas, tak ada cahaya yang muncul di balik awan. Tetapi tak ada bintang yang tampak, hanya hitam dan gelap. Aku pikir, sebaiknya aku segera menemukan satu kedai sate Madura yang biasanya dijual di roda-roda di sepanjang jalan menuju pasar Parung.

Asapnya tampak dari kejauhan. Seperti kabut di pagi hari. Begitu tebal tetapi menggiurkan. Lalu aku pesan 5 tusuk sate ayam dan 5 tusuk lagi sate kambing. Tanpa sambal. Sembari menunggu, aku meminta izin untuk membeli beberapa bungkus makanan kecil dan mie instan di toko sebelah. Aku tertarik dengan promo mereka yang menjual mie instan dengan harga miring. Tetapi aku sedikit tertipu, karena aku harus membeli rasa yang sama agar mendapatkan harga yang miring itu. Dan terpaksa aku harus membayar dengan harga normal. Sebenarnya bisa saja aku menggantinya dengan rasa yang sama, tetapi aku terlalu gengsi untuk menukarnya.



Lalu hujan pun riak semalam.

Aku belum bisa memejamkan mata dan menikmati dunia bawah sadar. Karena tadi siang aku sudah puas tidur seharian.

Tetesan hujan tak terasa riak lagi jika dibandingkan dengan dentuman langit yang berdebum keras di balik awan. Tiba-tiba aku teringat pada satu pesan ku di awal bulan Mei pada tuhan.

“Kau hanya partikel kecil di dalam butiran rintikan hujan yang telah mereda. Tapi kau masih [selalu] berada di dalam setiap sel darah ku di mana jantung ini masih berdetak. Dan mungkin sekarang kau akan segera menguap ketika mentari muncul dan membawa mu kembali ke nirwana di sana. Semoga ketika hujan menyentuh ku tadi, pesan dari sel-sel ku segera tiba pada mu.”

Dan pesan itu telah tiba dengan satu pesan balasan bahagia dari mu. Kau menyapaku dan merindukan ku. Alam telah membuat ku semakin menginginkan mu. Hujan telah berjasa menjadi perantara antara kau dan aku. Walaupun raga mu belum mampu aku peluk dengan erat, aku bisa dengan hangat merasakan hadir mu di dalam suhu yang meningkat sebelum hujan turun. Kau berada tepat di depan ku. Senyum mu telah membuat ku semakin memujamu. Seperti seorang Julius Caeasar yang mendambakan Cleopatra. Semoga tidak seperti Majnun yang gila mendambakan Laila, atau bahkan akhirnya mati dengan tragis seperti Romeo dan Juliet. Aku hanya ingin ada cerita Kamu dan aku dimana dongeng bisa menjadi panutan. Kita bisa menjadi pembuat skenario yang handal untuk cerita yang ingin kita miliki bersama.



Tahukah kamu jika aku sangat mengagumi pantai dan lautan?


Aku ingin menggenggam tangan mu di sana. Menapaki pasir yang segera dibasuh oleh ombak di pesisir pantai dan menuju matahari terbenam. Tanpa hujan. Karena kita sedang tak membutuhkannya. Kau pasti hadir di sana di samping ku dan tak perlu perantara untuk bertukar cerita.

Waktu akan berlangsung cepat dan kamu akan segera tersedu karena pasir waktu telah kering. Aku akan mengusap air mata mu yang mengalir lembut, lalu tersenyum karena telah menunjukkan ketulusan yang teramat sangat. Tak tahan aku pasti segera memeluk mu dan tak melepaskannya hingga ombak pasang menenggelamkan mata kaki kita. Aku akan menenangkan mu dengan berkata,

“Kita bisa, meskipun akhirnya waktu juga yang akan memisahkan, seperti jarak untuk sementara. Semoga bukan karena nafsu dan ego semata.”

Aku sungguh menyayangi mu.
Semoga kau pun begitu.

24 comments:

  1. Pak, postingan ini keren banget. Like thissss.

    ReplyDelete
  2. Ya ampuuuun aku melow baca ini
    Hatiku ikut gerimis. Lalu senyum sendiri, lalu terasa hangat
    Ah... suka sekali setiap pilihan diksi dalam tulisan ini
    Terimakasih tulisan indahnya

    ReplyDelete
  3. Udh uch romantis nya😍😍😍 beruntung dia yang dicintai begitu dalam.

    ReplyDelete
  4. Rasanya uda lama ngga baca yang bikin melooww. Nulis cerpen lagi pakkk

    ReplyDelete
  5. Pemilihan kata-katanya banyak yang aku belum tau mas. Bagus sekali karena akhirnya menambah perbendaharaan kata indah untuk menulis

    ReplyDelete
  6. wah ini kata2 nya seperti penyair eh pujangga..bagus banget..klo dibikin novel cakeo lho pak ditunggu ya hehe..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah sepemikiran. Tulisan seperti ini rasanya sayang banget kalau tidak dilanjutkan terbit dalam bentuk buku ya kak :)

      Delete
  7. Menarik sekali pak ceritanya, membuatku ikut merasakan apa yang anda alami.

    ReplyDelete
  8. DUh... romantis banget siiiy... ya ampun, jadi pengen cubit suami saya nih. plus cubit diri sendiri karena kepikiran begitu. huhuhu

    ReplyDelete
  9. Suka banget 😍😍😍
    Izin save yaaa. Beneran adem dan merasa disayangi habis baca ini.

    ReplyDelete
  10. Aduh, kata-katanya membuat saya jadi terhanyut dalam suasana saja. Seperti menonton film romantis ya

    ReplyDelete
  11. Bukan kisah laila dan majnun ataupun versi lainnya romeo dan juliet. Sepertinya kisah baru

    ReplyDelete
  12. Jadi ikut terharu bacanya. Ini fiksi apa kisah nyata sih? 😁😍

    ReplyDelete
  13. Kalau ini kisah nyatanya sang penulis maka sungguh romantis, tapi kalaupun buka kisah nyata maka tetaplah romantis. Saya jadi ikutan romantis ini..hihihi

    ReplyDelete
  14. Lanjutkan Mas Achdi... banyak yg suka lho kisah romansa. Fyi, di toko2 buku yg laris manis bak kacang goreng itu novel2 percintaan hehe

    ReplyDelete
  15. Dari deretan kata-katanya, sepertinya ini nyata banget hehe curahan hati untuk si dia yang didamba hingga akhir usia... ihirrr

    ReplyDelete
  16. Bapak Guru Bahasa Indonesia yaaaaa #asalnebak. Keren-keren ih coretannya. Ini lagi kangen sama siapa sih mas? LDR atau LDM mas? Semoga segera bisa bertemu dengan si kekasih hati.

    ReplyDelete
  17. dalem banget kata katanya. narasinya juga bagus. saya sampai kebawa bacanya. keren

    ReplyDelete
  18. mas, ini indah banget kata-katanya. :) Ini fiksi apa enggak sih, hayoo ngaku. Ayok mas, bikin versi bersambung. Aku bacanya antara senyum2 sendiri kebawa diksi yang dipakai

    ReplyDelete
  19. sesuatu yang ditulis pake hati memang dibacanya harus pake hati juga :')

    ReplyDelete
  20. Bisaan Pak merangkai kata-katanya. Saya mah malah belum bisa menulis seperti ini... Ceritanya lagi curhat kangen dengan seseorang kah? hehehe

    ReplyDelete

Silahkan tinggalkan pesan atau komentar yang membangun untuk penulisan/karya yang lebih baik. Terima kasih.

Powered by Blogger.