Mari Mampir!

Selamat datang di blog saya. Selamat menikmati menu beragam yang akan mengisi dahaga mu akan ilmu dan rasa lapar mu akan cerita tentang hidup. Jangan dulu meninggalkan meja makan ku sebelum kamu kenyang dan siap melangkah lagi. Salam kebajikan.
Breaking News
recent

Mei


Mei sudah mengampiri. 

Seekor banteng  akan segera berevolusi menjadi dua anak kembar dalam beberapa minggu ke depan. Tanduknya akan menjadi rambut keriting lucu yang tidak menggumpal seperti bulu domba. Tubuhnya yang kekar akan menjadi dua badan yang dipisahkan oleh karakter dan masa depan yang berbeda. Empat kakinya akan berubah menjadi empat tangan dan empat kaki mungil yang bisa merubah dunia. Mata tajamnya akan menjadi sayup dan ceria. Moncongnya akan membuat semua jagad raya terlelap dalam nyanyian suara dari mulut kecilnya yang manja. 

[dan] Angin seharusnya sudah hangat.

[tetapi] Rerumputan masih basah terbasuh hujan.

Tanah masih berlumpur dan langit mendung tak karuan.

Bahkan matahari terlalu banyak mengalah dalam dekapan awan.

Langkah kaki ku semakin cepat ketika suara langit mengaum bagai di tengah hutan. Jentikan cahaya bergelombang dari nirwana membuat ku nelangsa di sore hari karena listrik akan mati. Ketika dzuhur tadi, hujan baru saja turun bersama dentuman geludug di musim rock festival. Tak lama setelahnya, mentari muncul malu-malu berbagi hangat sekejap mata dan melarikan diri, lalu bersembunyi di balik awan. Selipan cahaya nya masih tampak di tepiannya. Sesekali kelelewar beterbangan, meskipun senja belum tiba. 

Tetesan air satu persatu jatuh di atas kepala ku, menuju bahu dan hidung ku.

Ku sekilas menengadah, menyaksikan awan sudah pekat dan bergemuruh. Burung layang tak mau kalah dan melesat memotong angin.

Dua orang ibu-ibu, yang satu menggendong batita dan yang lainnya menuntun anaknya yang masih berseragam sekolah dasar, tampak berlari segera setelah hampir semua yang berada di jalan ramai berlari menghindari hujan. 

Hujan begitu deras, keras. Rintikannya tak lagi indah ketika satu persatu menjadi puluhan bahkan ribuan serangan peluru air menembaki seluruh badan ku.

Tapi aku tersenyum karena ada satu keajaiban dimana semua orang akan menepi dan menunggu hujan reda. Lalu beberapa diantaranya saling menyapa dan bertukar cerita. Ada pun yang berkeluh kesah dan hanya menikmati hujan, seperti ku.

Akan menjadi lebih indah ketika aku melihatnya membasahi kaca jendela dan menjadi lukisan air. Lalu aku akan menggambar pola baru dari dalam kamar dengan uap dari suhu ruangan yang hangat.

Memikirkannya sudah membuatku sedikit hangat. Cukup membantu ketika dalam suhu dingin membayangkan hangat sebuah ruangan tercinta bersama memori-memori indah yang bergentayang di pikiran kita. 

Langit begitu suram sehingga lebih baik menyaksikan titik-titk hujan pecah mencair dan menggenangi tanah yang dipenuhi oleh rerumputan liar. Bentuknya seperti bulir jeruk lalu meleleh bagai satu bongkah es yang mencair.

Ku basahi telapak tangan ku di bawah kucuran air yang turun di atas genting. Airnya tak sedingin ketika hujan di Sukabumi, tetapi tetap sejuk. Betapa angin yang bersiul di tengah jalan raya tampak berputar bagai puting beliung. 

Aku menutup mata dan menikmati suara hujan.

Aku mendengar suara mu sayup.

Kau berada di samping ku dan tertawa jernih. Halus dan manis. Bagai segelas kopi susu di pagi hari. Apabila aku buka mata ini, apakah engkau akan menghilang bersama hujan yang pecah di atas tanah?

Ku tarik satu napasan panjang dan membuangnya sia-sia.

Kamu masih di sana dan tertawa sedikit lepas lalu memanggil nama ku. Aku tersenyum dan mengepalkan kedua tangan ku. Aku tarik satu napas kembali dan membuka mata sembari membuang napas yang telah mengendap bersama mu.

Kau hanya partikel kecil di dalam butiran rintikan hujan yang telah mereda. Tapi kau masih [selalu] berada di dalam setiap sel darah ku di mana jantung ini masih berdetak. Dan mungkin sekarang kau akan segera menguap ketika mentari muncul dan membawa mu kembali ke nirwana di sana.

Semoga ketika hujan menyentuh ku tadi, pesan dari sel-sel ku segera tiba pada mu. 

Sudah waktunya aku kembali melanjutkan perjalanan beberapa langkah menuju kediaman ku. Di sana aku tidak tahu [dan ragu] apakah masih perlu menyimpan mu di dalam relung hati ku dan menemani ku ketika hujan turun kembali nanti.

Nanti....


- Hari pertama di bulan Mei -

No comments:

Silahkan tinggalkan pesan atau komentar yang membangun untuk penulisan/karya yang lebih baik. Terima kasih.

Powered by Blogger.