TERIMA KASIH
Alarm sudah berteriak memekakan
telinga. Adzan subuh berkumandang. Waktunya bangun tidur dan mengambil air
wudhu untuk menunaikan shalat subuh. Pagi ini aku tiba-tiba tersenyum sendiri
ketika lampu sinyal Blackberry berkelap-kelip
merah. Aku sengaja tak menyentuhnya dulu karena aku memiliki kewajiban dan
hutang yang sangat besar pada tuhan ku, Allah SWT. Aku perlu berucap terima
kasih yang tak terhingga hingga hari itu aku masih mampu tersenyum dan
menghirup oksigen yang segar di bawah langit gelap karena matahari masih sedikit
terlelap di balik angkasa.
Ucapan dan do’a mengalir deras di
awal pagi itu. Sahabat, keluarga, dan murid-murid ku yang masih manis berlomba
waktu setelah jam tengah malam semalam. Meskipun ini selalu menjadi tradisi
setiap tahun, aku selalu merasakan hal yang gaib dari pesan-pesan itu. Seperti
sebuah energi baru yang terkumpul agar aku menyadari bahwa masih banyak ribuan
jiwa di sana yang menyayangi ku.
Tuhan, aku sudah hampir berkepala
tiga dan aku ingin segera menemukan pendamping ku. Sungguh, aku sudah bosan
hidup sendiri meskipun jauh di libuk hati ku tersembunyi pertanyaan, “Apakah
pernikahan bisa menjanjikan kebahagiaan yang aku inginkan?” atau, “Mungkinkan
dengan pernikahan adalah kebahagiaan yang aku butuhkan?” Wallahualam…
Hari ini aku ingin sedikit
memanjakan diri dengan, minimal satu buah roti panggang dengan margarine dan olesan susu kental manis.
Lalu satu cangkir kopi Nescafe Pas! cukup
mampu membuat ku bersemangat. Sembari menyaksikan tayangan tepe yang tak
terlalu aku gemari di pagi hari, karena kebanyakan menayangkan Infotainment.
Tak terasa sudah pukul 06.20 dan
aku memboyong si bahenol biru, Suzuku
Skywave ku untuk segera ku nyalakan mesin dan memanaskannya sebentar.
Sembari menggigit roti panggang hasil kreasi ku, tak istimewa tetapi
menunjukkan kelasnya, aku kesana-kemari mencari sepatu kegemaran ku yang
berwarna cokelat. Aku selalu merasa lebih percaya diri dan tampan dengan sepatu
itu. Tak tahu kenapa, tetapi kekuatan sugesti memang dashyat.
Sejenak sempat terlintas ketika aku bangun tadi subuh, dan sudah tiba-tiba sudah ada satu buah hadiah di depan kosan ku. Seperti waktu kuliah dulu, pagi sekali, seorang kakak kelas ku, yang sudah ku anggap sebagai teteh ku menggedor pintu kosan ku. Ketika aku buka pintu, aku menemukan dia menyanyikan lagu ulang tahun sembari tersenyum lebar dan menyodorkan ku sebuah cokelat batangan ukuran besar. Lalu dia menepuk kepala ku seperti seorang kakak pada adiknya. Aku hanya tersenyum sembari mengumpulkan arwah yang masih terlelap pulas di balik guling dan selimut di belakang ku. Atau mungkin ketika beberapa tahun yang lalu, ketika ibu ku mengajak ku ke Pantai Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi untuk acara perpisahan salah satu guru Agama Islam, bernama Bapak Dadang, yang mana adalah guru aku semasa masih di sekolah dasar dulu di SDN Babakan Bandung, Sukabumi, aku pun mendapatkan surprise party yang menyenangkan. Aku jadi merasa bahwa acara yang seharusnya untuk perpisahan beliau, menjadi acara yang meramaikan ulang tahun ku. Aku tidak menyangka bahwa ibu ku sudah merencanakan semuanya. Maklum, di keluarga kami yang sangat sederhana, kami tidak pernah merayakan acara ulang tahun seperti itu.
Dan di sekolah ku yang baru, SMA
Dwiwarna Parung, Bogor, dimana aku belum genap satu tahun mengajar, aku
mendapatkan satu buah kue ucapan dari siswa ku. Aku sungguh terharu, jujur. Bagi
mereka ketika ada seorang guru yang dirayakan ulang tahunnya seperti ini
menunjukkan sebera besar rasa sayang mereka terhadap ku. Pengalaman yang
sungguh berarti. Walaupun sebenarnya bukan perayaan besar-besaran, tetapi
sebuah kelompok kecil yang sudah mempersiapkan kue dan beberapa siswa disana
untuk berkumpul dan menyaksikan ku meniup lilin berbentuk angka 28. Aku
memperhatikan satu persatu wajah-wajah ceria di sana, dan bertepuk tangan, lalu
mengajak berfoto bersama dengan kue yang aku pegang mengarah pada kamera Ipod salah satu siswa ku. Aku sungguh GR. Dan berbahagia. Bahkan sebelum semua
acara indah itu meriah, aku telah mendapatkan satu buah kartu ekstra besar dan masterpiece dengan sentuhan kreatifitas
di dalamnya. Seperti sebuah buku ajaib yang bisa mengabulkan sebuah permohonan
di hari spesial ku. Ku buka satu persatu halamana yang begitu menarik, hingga
aku ujung bibir ku tertarik ke sebelah kanan, tersungging malu. Di halaman
terakhir ada satu halaman kosong yang memberikan ku satu atau dua harapan agar
bisa dikirkan ke tuhan dan dikabulkan secepat mungkin. Tapi aku belum berani
menuliskan permohonan ku, karena aku rasa aku akan memerlukannya suatu hari
nanti. Jadi aku akan menyimpan hadiah itu baik-baik.
Tanggal 23 Mei 2012 kemarin sungguh
berkesan bagi ku. Hari yang dibanjiri oleh do’a, pesan hidup, dan kasih sayang
yang meluap, mungkin akan mengakibatkan banjir bandang di pelupuk mata ku. Tapi
hujan deras itu tak mengakibatkan badai, sehingga aku masih bisa tertawa lepas
tanpa meneteskan air mata ketika aku terharu. Karena aku bahagia bersama
mereka. Bersama kasih sayang yang mengalir deras di sepanjang aliran hidup ku. Insyaallah, do’a mereka bisa dijadikan
sebuah pahala yang mengabadikan
persahabatan kami semua. Ingin aku memeluk harapan-harapan mereka terhadap ku
dan menjadikannya semua kenyataan.
Terima kasih tuhan atas waktu
yang masih bisa Kau percayakan pada ku.
Terima kasih untuk semua yang
sudah menyayangi ku dengan tulus.
Terima kasih kepada kedua orang
tua ku yang sudah menjadikan ku seorang sahabat bagi kawan-kawan ku. Terima
kasih, Indah, buat Katalog Harapannya. Terima kasih Mazaya, Amirtha, XI IPA 2
SMA Dwiwarna untuk Kue dan tiup lilinnya yang semarak, serta DTRN13 yang sudah
banyak memberikan senyum di hari bahagia itu. Dan seleuruh Civitas serta
teman-teman yang masih setia menjadi pendengar yang ramah di samping ku.
Parung, 23 Mei 2012
No comments:
Silahkan tinggalkan pesan atau komentar yang membangun untuk penulisan/karya yang lebih baik. Terima kasih.