Mari Mampir!

Selamat datang di blog saya. Selamat menikmati menu beragam yang akan mengisi dahaga mu akan ilmu dan rasa lapar mu akan cerita tentang hidup. Jangan dulu meninggalkan meja makan ku sebelum kamu kenyang dan siap melangkah lagi. Salam kebajikan.
Breaking News
recent

Suri

Setelah lama aku sendiri, menanti, kau akhirnya memberikanku genggaman untuk menemani. Sayang, tetap masih ku rindukan sebuah rasa tak suri. Karena aku hidup di bumi, tempat aku berdiri, terkadang berdendang dan bernyanyi, hingga tak sadar hingga lupa diri [bahwa akhirnya nanti, suatu hari pasti aku mati].



Otot-otot kecil ku sedikit ku paksakan untuk bergairah menekan tombol-tombol perekat silaturahmi. Dari huruf a hingga z yang tak tak suka dengan bunyi, hingga dering balas dari seseorang yang aku anggap sebagai bidadari. Tampak lesu dan tak terlalu bermakna tinggi apabila dibandingkan dengan celotehan-celotehan kecil di atas kursi, bersama kawan-kawan di puri, tempat ku mengais rezeki. Kau tampak tidak terlalu peduli, padahal ingin kau hibur hati. Tak apalah aku tersenyum sunyi, dari sorak-sorak hati, yang begitu gencar meluapkan emosi dari beberapa kilatan negatifitas yang tampak membuat ku pucat pasi.



Lalu aku mulai membuka hati. Mencari jalan meredam emosi dari pijaran lampu-lampu redup malam hari. Tak ku temukan betapa berarti sebuah harga diri jika hati tak mampu menyentuh nurani. Kau masih terlalu hijau dan berduri. Belum mampu menggoyahkan ego ku yang terlalu tinggi. Dan akhirnya ku putuskan untuk menutup kembali. Dengan beberapa kunci impor dari yunanii, hasil karya dewa-dewi, hingga terkenal hingga telinga bangsa Romawi. Bahkan angin pun enggan menyusup pada celah-celah bilik bambu. Hanya pintu merah di ruangan kecil, tetapi kokoh bak puri.



[Ku relakan diri meratapi pada nasib yang selalu tidak mumpuni. Apa mau dikata, hati tak sudi meraup mimpi. Mudah-mudah belum lelah dan masih bertahan berlari]



Teringat pada satu cerita yang pernah ku baca di sebuah pulau pesisir di seberang pulang Jawa. Sebuah proses kehidupan yang membutuhkan pengorbanan. Sebuah pesakitan yang membutuhkan akhir menyenangkan, membahagiakan, dan memuaskan. Eat, Pray, Love. Meningatkan ku pada satu frasa ketika kau mencintai seseorang dan sangat merindukannya, maka banjirilah. Jangan ditahan-tahan, karena rasa itu akan semakin menggila. Aku jadi ingin pergi ke Bali. Bertemu dengan Ketut dan Wayan. Melepaskan semua rasa bersalah ku dan kembali ke dunia pada waktu nya. Sehingga tak akan ada lagi penyesalan yang terlalu menggenang kental di syaraf otak ku.



Mengayuh sepeda di sepanjang pelesiran sawah. Hijau. Luas. Dan tampak segar sekali. Lalu beranjak ke pantai dan berendam garam. Menuliskan banyak ungkapan di atas pasir putih hingga senja tiba. Lalu kembali ke vila. Rebahan di atas kasur empuk dan memandang jauh ke sekitar taman. Tampak menggiurkan.



Atau bahkan aku nanti mampu berangkat ke Italia. Banyak menyeruput pasta, hingga menyentuh bangunan-bangunan tua. Lalu ke India. Bertemu dewa; Mungkin Krisna atau Shiwa. Ya, suatu hari nanti mungkin terlaksana.



Aku sadari akhirnya, aku masih memiliki mimpi yang tak hanya untuk mu. Tapi ada satu juta rencana di benak ku. Ingin segera ku raih dunia. Dari sana mungkin bisa ku rasakan ingin ku. Ku tempatkan jejak sentuhan jari ku pada beberapa dinding hotel tempat ku memulai hari. Kau bisa menghirup bekas ku dan mengingat ku bahwa aku pernah ada di sana. Di setiap langkah mu. Di italia. Mungkin India. Bahkan Bali di Indonesia. Atau di sini. Di dalam kurungan jendela yang telah ku lukis dengan jemari ku. Dengan hujan dan bait-bait tulisan ku sebelum nya.



Aku masih selalu menunggu...

No comments:

Silahkan tinggalkan pesan atau komentar yang membangun untuk penulisan/karya yang lebih baik. Terima kasih.

Powered by Blogger.