Mari Mampir!

Selamat datang di blog saya. Selamat menikmati menu beragam yang akan mengisi dahaga mu akan ilmu dan rasa lapar mu akan cerita tentang hidup. Jangan dulu meninggalkan meja makan ku sebelum kamu kenyang dan siap melangkah lagi. Salam kebajikan.
Breaking News
recent

Pesan Angin [Rindu]

Ketika benak sedang dalam buaian melodrama, sering ku temukan surat-surat lama mu di setiap rebahan, di atas langit-langit kamar ku. Apa kabar masa lalu?


Coretan-coretan di antara atap dunia dan hati ku jelas tergambar di lekukan langit-langit di atas kepala ku. Sengaja ku tengadahkan, menyilangkan kedua lengan ku, menopang beban pikiran yang menyentak bagai gempa bumi yang sering terjadi akhir-akhir ini. Dengan perlahan kau memalingkan paras dari setelah senyuman samar yang mengelabui sekilas bahagia ku. Kau pergi menjauh dan tak kembali. Hilang dihembus angin malam yang semakin terasa dingin membekukan logika nyata. lalu hendak ku tulis rangkaian rindu dengan satu jari telunjuk ku di atas angin lembut yang tak kasat mata. Tetapi bisa ku lihat hasil jerih payah ku. Angin memberikan cap resmi dengan membisikkan alunan lambat tepat di gendang telinga ku. "Terkirim" dia berhembus. "Terima kasih" aku membalas.


Apa kabar mu, masa dulu?


Ku tegakkan pundak bungkuk ku yang tak tampak atletis dan meraih telepon genggam di atas bantal. Seonggok metal yang tak lagi berdering dengan pesan-pesan balasan dari angin-angin selatan menuju mu. Apakah angin tersesat membawa semua pesan rindu ku? Semoga kau dapat mebaca nya dengan syahdu. Aku berharap begitu.


Apa kabar mu, satu masa dahulu?


Ku perhatikan kedua telapak tangan ku yang pucat karena suhu. Tak lagi bisa ku ajak kekasih-kekasih di dalam nadi ku tuk bersua dengan hangat nya milik mu. Tak ada empat telapak tangan yang bergumam seru di atas bukit pasundan, sepuluh jari beranyam liar, dan hembusan napas yang berlari-lari. Aku merindukan mu, masa lalu. Saat ku saksikan sepasang jempol kaki ku di atas karpet hijau bak permadani di lantai kamar ku, tak seimbang pijak langkah ku. Tampak sekali mengerut karena darah mu tak lagi mengalir menuju saraf-saraf normal ku.


Saat hujan pun, aku merindu, dari samping jendela, ku tunggu, mungkin kau akan terbawa arus dari rintikkan tepat di depan pintu kamar ku. Kau belum juga hadir. Padahal nyata sekali engkau masih hidup di bawah atap langit, tetapi biru sering kelabu, kau berlindung di bawah pohon-pohon rindang tak tampak oleh mata-mata dewa-dewi di atas sana. Jauh ku raih kau walau tanah kita masih satu.


Harus kah ku menyerah demi kedamaian hati yang sudah gila, pada mu?


Ku rebahkan kembali pundak dan beban yang mengendap, dan mengerak. Ku tuliskan kembali rangkaian rindu dengan satu jari telunjuk ku di atas angin. Dengan beberapa simbol senyuman dan sedikit harapan bahwa kau akan mendengar surat angin ku. Aku masih menunggu mu kala hujan masih meratap pilu. Di depan jendela aku mengadu. Aku Rindu....

No comments:

Silahkan tinggalkan pesan atau komentar yang membangun untuk penulisan/karya yang lebih baik. Terima kasih.

Powered by Blogger.