Mari Mampir!

Selamat datang di blog saya. Selamat menikmati menu beragam yang akan mengisi dahaga mu akan ilmu dan rasa lapar mu akan cerita tentang hidup. Jangan dulu meninggalkan meja makan ku sebelum kamu kenyang dan siap melangkah lagi. Salam kebajikan.
Breaking News
recent

Lukisan Hujan [di Jendela Kamar Ku]


Filosofi malam dan rintik hujan yang menggenangi tanah-tanah basah, serta lukisan jemari kering di jendela kamar ku, hingga tangisan kucing liar. Masih sempat aku pijat dengan dua telunjuk raksasa ku, tombol-tombol timbul dari plastik keras, sehingga rangkaian bahasa melebur ke dalam kertas putih maya di depan mata. 

Aku masih belum bisa memejamkan mata lelahku, sebenarnya, dari tontonan kecil serial televisi di awal-awal tahun sembilan puluhan. 

Ku tengok sebentar, telepon genggam yang tak berdering, kaku.

Aku telah mencari sempurna dari manusia, bukan nabi atau bahkan tuhan. Mereka sudah sempurna dengan mukzizat yang mengalir di darah dan saraf-saraf otak mereka. Aku tidak sedang membicarakan tentang tuhan, tetapi ciptaannya yang sempurna, yang bukan manusia biasa.

Aku pernah bertemu sesempurna-dia, tetapi sia-sia. Karena aku tetap buta.

Ku genggam, secarik, dua carik kertas polos yang sengaja aku sobek dari dalam lembaran kertas-kertas lainnya yang menempel di tebal nya buku tulis yang aku beli satu minggu yang lalu. Aku berharap bisa melampiaskan mu dari suara-suara serak robekannya dan serpihan-serpihan kecil dan kasar. Tetap, aku marasa kebal; bebal.

Ku tutup gorden jendela kamar ku dari pengawasan mata-mata malam dari gemuruh gesekan awan-awan hitam di atas angin. Hentakan rintik mu membelah sunyi, bergaung di pori-pori gubuk kamar ku dan menyergap kehangatan sekilas menjadi kutub utara.

Ke hempaskan satu hingga berpuluh-puluh desah nafas. Bukan karena lelah, tetapi karena engkau tak ada. Tabung oksigen ku yang telah hancur, tiada. 

Lelah mata ku tak dendam dengan hasrat yang menggila dari akar-akar hutan belantara hingga kota-kota besar di Eropa. Tak perlu lagi menyebutkan Amerika, karena tampaknya Cina sudah mulai menunjukkan kuasa. 

Rindu ku sesaat dapat terobati dengan peliknya politik negara. lebih rumit dari yang ku kira. 

Lalu, hujan lebih berbahaya. Karena banjir dan ulah manusia, hingga mengingatkan mu pada masa. Karena hujan membuat ku berkelit dengan bahagia. Mencari harta-harta terpendam di memori lama ketika kita berjaya.

Ku tutup kedua paras ku dengan telapak tangan dan menguap sesekali. Ku pandangi kerutan-kerutan timbul akibat usia. Bukan dari tampak muka, tetapi sekitar jemari ketika tutup-terbuka. Sudah jelas aku lelah. Tetapi luapan emosi ini harus segera diletuskan. Seperti Merapi atau krakatau.

Tak sabar, ku intip kembali dari celah gorden ku. Sekelibat imaji, mungkin bahkan benar, ku saksikan tetesan air hujan mengalir dari atas, tumpah ruah. 

Benar hujan masih menggelora. 

Ku lukiskan satu huruf demi huruf membentuk hidung dan mata mu. Dari berbagai bentuk tak tentu yang aku kira cukup indah mewakili lekukan paras mu, kekasih ku. 

Maaf, tak seharusnya aku berkata begitu. Maksud ku, masa indah dulu. 

Ku buka jari-jemari ku mendekat ke arah jendela dan menggaulinya. Tampak bayang jemari lainnya. Itu kamu. Bagian dari ku, aku pikir.

Sudah terlalu di luar kendali ketika ilusi sudah menguasai relung-relung hati. Dan aku pasti menghabiskan menulis puisi. Atau bait-bait rindu tanpa penghuni kemana aku hendak memberi.

No comments:

Silahkan tinggalkan pesan atau komentar yang membangun untuk penulisan/karya yang lebih baik. Terima kasih.

Powered by Blogger.