Mari Mampir!

Selamat datang di blog saya. Selamat menikmati menu beragam yang akan mengisi dahaga mu akan ilmu dan rasa lapar mu akan cerita tentang hidup. Jangan dulu meninggalkan meja makan ku sebelum kamu kenyang dan siap melangkah lagi. Salam kebajikan.
Breaking News
recent

Menghampiri Mu

Menunggu mu di bawah atap abu-abu yang mudah memuai ketika panas dan membeku bahkan hanya pada saat hujan. Menjemukan! Tetapi tak pelik aku masih saja diam meleleh dan mencair, lalu kembali membeku dan terus mencair kembali. Tak mampu mencari cara untuk membuat segalanya menjadi normal. Lalu menunggu di bawah atap abu-abu.

Jeritan seorang dewi pirang di gendang telinga ku, Beverley Craven, mengekang kebebasan ku untuk berpikir jernih dari jeratan temali merah yang telah menjejakkan rautannya selama hampir lima tahun terakhir.

“Promise me, you’ll wait for me
because I’ll be saving all my love for you…”

Menuju musim ke sepuluh. Segera menuju akhir bulan Mei. Lalu Juni hingga Desember. Dan tahun-tahun bersama musim-musim setelahnya. Dan aku akan menunggu. Terus menunggu.

I – Asa

Berharap bahwa tuhan akan segera memberiku jawaban atas semua tanya, selama aku benar-benar mampu berpikir dan mencari cara untuk dapat menemukan jalan hidup ku. Tanya atas semua tak tahu ku, ingin bahagia ku, serta misteri di setiap insan yang ku temu. Semuanya ada pada Mu. Dan padanya, Kau pun tahu. Entahlah jika dia adalah satu yang dulu ku tunggu. Hanya saja ketika dia tersenyum, lalu menunduk malu, aku ingin segera meraih tangannya dan memberinya bahagia ku. Karena aku sungguh masih ingat memori ku dulu, ketika dia menunggu ku, sehabis kelas siang di Puragabaya. Dengan sabar, di bawah terik mentari yang menyengat, di samping jalanan setelah tol menuju Cipularang, di dekat pohon kering dan jajanan trotoar. Aku menghampirinya yang seharian tak pergi menghabiskan waktu senggang untuk dirinya, karena selasa adalah waktu kosong baginya untuk bisa melampiaskan rindu. Dan aku selalu menyempatkan diri untuk menampung semua gelisah di hari sebelum kita bertemu.
Lalu kita menembus jalan raya menuju jalan layang baru, bercerita banyak, beradu dengan tarikan angina kencang, dan berteriak sesuak hati. Kau tampak begitu bahagia. Lalu aku mendapatkan satu jawaban atas tanya ku pada tuhan bahwa engkau adalah tanya dari semua ingin bahagia ku. Dan engkau adalah satu asa ku.

II – Cita

Ratusan kilometer telah kita tempuh untuk bisa membuat banyak rencana. Ada cita di sela-sela tawa, diselingi dengan canda, satu kotak cokelat almond, serta buku cerita. Saat aku bosan, kau seperti seorang ibu yang akan menceritakan satu buah cerita di negeri antah berantah. Aku selalu memperhatikan bagaimana ruas-ruas jari mu meliuk genit bagai penari, alis mata mu yang naik-turun, hingga dua garis bibir mu yang sungguh ajaib. Sungguh tuhan begitu sempurna menciptakan mu.


III – Rasa

Menekuni sikap mu selalu membuatku menjadi satu pribadi yang cukup beragam. Kau sempurna dan tersembunyi. Di balik semua tawa mu, selalu kau simpan rapat beban yang tak ku tahu. Di semua canda gurau mu, selalu tersirat tangis yang tak ingin kau luapkan. Perih, kau jeritkan. Dan di hati mu, kau begitu ingin bahagia tanpa harus memutar ulang rekaman masa lalu mu. Aku pahami akhirnya kerapuhan mu. Dan ku rasa aku ingin jadi bagian dari hidup mu yang tak perlu memutar ulang kaset-kaset rekaman masa lalu yang tak perlu. Dan kau setuju. Kita pun menyatu.

IV – Masa

Dalam banyaknya masa yang kita punya, kau selalu berusaha mencari celah untuk bahagia. Bahkan saat aku bosan dengan semua rencana kita, kau penuh kesabaran menunggu ku kembali pada mu. Saat ku kembali ke kota ku, kau menahan rindu. Hingga akhirnya kau memeluk ku saat bis menghampiri kota mu. Sungguh aku keliru karena membiarkan mu membuncahkan rindu hingga aku tersipu malu. Tapi apa daya logika ku, ketika semua ingin mu meluap bersama ku. Seperti tsunami. Atau banjir bandang di sungai Ciliwung, mungkin lebih mudah menggambarkannya begitu.

V – Kuasa

Dan aku masih bosan dengan semuanya. Bertemu dengan mu, lalu kau meluapkan rindu. Dan aku hanya diam termangu. Tak ada rindu yang bisa ku bagi bersama mu. Kuasa mu tak lagi mengekang ku. Tetapi di balik itu semua, aku sadari betapa hitam nya aku. Bersama mu hanya lah membuat ku bahagia tanpa sebanding dengan bahagia yang telah aku jejalkan dalam hidup mu. Satu hingga tiga kali upeti bahagia mu setara dengan seperempat dati satu kotak bahagia ku untuk mu. Dan aku tak tega. Aku pun tak kuasa membiarkan mu terus bersama ku. Dan aku bosan memikirkan kesetaraan upeti bahagia kita.
Tak pernah ku biarkan kau tahu, akhirnya, isi hati ku. Yang kau tahu bahwa semua yang kita miliki adalah satu yang pada kenyataannya menjadi berai. Tercerai bersama negatifitasku.


VI – Esok Lusa

Telah lama ku lepaskan mu. Hingga ke pulau seberang di timur Indonesia. Bahkan sejujurnya masih ingin menjauh dari pulau jawa menuju pulau-pulau lainnya yang jauh di perbatasan Eropa atau Amerika. Atau menyepi bersama kaktus liar di gurun Sahara. Mungkin bisa menepi dulu sementara di pulau-pulau kecil di sekitar segitiga Bermuda. Kemana pun hingga bisa ku bawa semua negatifitas ku atas mu. Semua sesalku melepaskan mu dan sisa-sisa kecerobohan ku di masa lalu. Mungkinkah esok lusa, jikalau aku pergi ke dunia setelah bumi, masih bisa ku temukan mu. Menyerahkan ego ku, lalu dengan sungguh-sungguh kau memaafkan ku.
Atau mungkinkah esok lusa aku akan memiliki kesempatan menghampiri mu, walau hanya satu periode kecil dalam waktu, meraih mu sebentar dan meminta mu memaafkan ku. Tak mengganggu mu! Hanya sekedar meraih mu sebentar dan meminta mu memaafkan ku. Memaafkan ku.

No comments:

Silahkan tinggalkan pesan atau komentar yang membangun untuk penulisan/karya yang lebih baik. Terima kasih.

Powered by Blogger.