Mari Mampir!

Selamat datang di blog saya. Selamat menikmati menu beragam yang akan mengisi dahaga mu akan ilmu dan rasa lapar mu akan cerita tentang hidup. Jangan dulu meninggalkan meja makan ku sebelum kamu kenyang dan siap melangkah lagi. Salam kebajikan.
Breaking News
recent

Inspirasi di atas Atap

Terang bulan dan satu gelas teh seduh. Di atas atap sengaja aku beranjak dari karpet usang ku, memandangi setiap titik terang yang berkilauan dan mencari bahan mimpi nanti untuk lelap ku - bersama kesendirian ku. Ku lipat kedua lutut ku dan ku peluk erat, menutupi ancaman nafas malam, lalu menikmati satu tegukan teh hangat. Hangat, sungguh.

Ku ingat dulu, ketika dalam salah satu adegan film produksi masyarakat Amerika yang mendoktrin romantisme melalui bintang jatuh dan harapan hidup. Menunjuknya dan membuat harapan indah. Dan aku pun ingin sekali mencobanya. Di atas atap yang sedikit lembab akibat suhu yang semakin menurun dan suara-suara malam. Ku tunggu, tetapi hanya kelipan titik-titik cahaya yang menggoda. Tak ada satu pun yang membuat garis layaknya bintang jatuh. Maka tak ada harapan yang bisa ku ajukan pada paham romantisme Amerika itu. Dan aku masih akan mencoba untuk menunggu. di malam-malam lainnya setelah bulan Mei. Di saat langit tak mendung dan diguyur hujan. Di saat aku masih sendiri.

Dan menekuni sebuah pribadi yang betah untuk selalu sendiri sungguh tidak mudah. Bertahan dengan satu makna hidup bahwa meskipun tak memiliki hati untuk diminati, aku masih bisa tersenyum dan ceria seperti tahun-tahun sebelumnya. Tanpa mengenal definisi cinta atau pengalaman-pengalaman berharga dari nya. Tetapi pada akhirnya akan ku rindukan satu atau dua rasa yang telah membekas dari cerita-cerita lama. Betapa menggairahkannya hasrat manusia; begitu liar dan serakah.

Kesekian kalinya aku menutup mulut, menguap dan meregangkan otot-otot tegang ku. Ingin cepat menyerah tetapi tanggung bila ku lepaskan pada lelah ku. Tak sering bisa menikmati langit malam, bersama bintang dan cahaya bulan penuh. Dengan menuliskan beberapa bait puisi, sedikit diselipkan cerita-cerita yang harus segera direkam ke dalam lembaran kertas buram, serta satu-dua tegukan teh hangat yang semakin tidak hangat. Dan segera surut di dalam cangkir mungilnya.

Sayang sekali, tak seorang pun bersama ku, menemani inspirasi gundah ku. Walaupun telah ku tunjuk satu bintang dan memohonnya untuk bisa segera merangkul satu jiwa untuk ku. Setidaknya untuk 30 malam ke depan. Agar aku bisa melupakan kesendirian. Ketidaklengkapan hidup. Cacat.

Melukis sebuah takdir hidup dari tuhan di atas langit yang secepatnya akan terhapus oleh awan mendung tidaklah mudah. Lalu hujan. Basah dan dingin. Terkadang banjir meluap di lorong-lorong got yang melebihi kapasitas volumenya. Sampah menyumbat. Derasnya hujan mendesak. Seperti rindu. Tersumbat pilu dan menderu rindu. Akhirnya aku berguru, pada seekor jangkrik yang bernyanyi merdu. Menduga akan segera musim semi atau tak perlu ada prediksi semu. Karena bumi sekarang telah layu.

Aku masih bertarung dengan kantuk ku. Bertahan di atas atap menunggu bintang jatuh. Memeluk lutut dan bergumam rindu. Mendengarkan lagu Keith Urban, lalu merindu. Mencari inspirasi untuk melepaskan rindu. Karena aku sedang rindu. Pada yang telah lalu. Pada bingkai-bingai poto dahulu yang telah sengaja ku bawa serta di tiap selipan halaman buku.

Aku pun menyerah pada lelah ku. Menyerahkan rasi bintang, bulan terang penuh, serta bintang jatuh pada lelap ku. Semoga bisa ku temu di mimpi ku. Agar aku bisa berharap dengan khusyu lalu kembali merindu. Karena aku sedang rindu. Pada yang telah lalu.


# Gara-gara lihat bulan dan langit malam tanpa hujan…
Sukabumi, 16 Mei 2011 @ 22.35

No comments:

Silahkan tinggalkan pesan atau komentar yang membangun untuk penulisan/karya yang lebih baik. Terima kasih.

Powered by Blogger.