Hangat di bulan Mei

Pernah ku impikan dapat menghabiskan waktu bersama mu di satu pondok bambu di dekat air terjun yang mengalir deras dan arusnya tertumpah kasar di atas batu-batu raksasa. Karena tak seorang pun akan mendengar semua rahasia kita. Hanya hati dan bahasa tubuh kita berinteraksi pasif bagai dua wicara, dua makhluk bahagia apa adanya.

Akan ada embun-embun abadi sepanjang waktu yang tak akan menguap karena mentari. Lumut-lumut hijau dan segar. Batu-batu licin dan mengkilat. Serta senyap alam dan nuansa damai. Biarlah tak perlu ke kota untuk mencari makan, bisa kita memancing ikan, atau melahap nikmat dedaunan layaknya salad restoran. Atau berburu burung dan memetik buah-buahan ranum langsung dari pohonnya.

Setiap pagi, akan ku sajikan sarapan dengan satu kecupan di kening mu. Satu gelas teh hangat dari kayu bakar yang telah ku kumpulkan di sore hari. Dua buah pisang manis yang ku petik di sekitar kebun yang telah kubajak dengan ala kadarnya. Dan satu genggaman cinta yang tak kan ku lepaskan. Kau milik ku satu dan tak pernah sekalipun ingin ku sesali untuk melepas mu ke luar desa. Jauh dari arus sungai dan kicauan burung pagi ketika membangunkanku.

Dan pernah ku impikan dapat menghabiskan waktu bersama mu. Ketika harapan itu masih hangat bagai matahari terbit di bulan Mei. Ketika kita masih memiliki masa dan setia. Ketika dedaunan kering terjatuh di atas danau kecil di kampus dan ku melamunkanmu. Ketika Karawang bergoyang di tengah kesendirian ku merindukan mu. Ketika ada kamu bersama ku. Ku jadikan semua nyata dan tujuan bahagia ku.

Ketika itu, aku sungguh bahagia. Karena pernah ku impikan dapat menghabiskan waktu bersama mu. Memiliki mu. Dan menguasai masa bersama mu, masa lalu.

Sukabumi. 21 April 2011. Ketika ku teringat pada mu, masa lalu…