Mari Mampir!

Selamat datang di blog saya. Selamat menikmati menu beragam yang akan mengisi dahaga mu akan ilmu dan rasa lapar mu akan cerita tentang hidup. Jangan dulu meninggalkan meja makan ku sebelum kamu kenyang dan siap melangkah lagi. Salam kebajikan.
Breaking News
recent

Menikmati Morioka


SMA Dwiwarna Bogor dan SMA Morioka Jepang telah berafiliasi selama lebih dari puluhan tahun semenjak SMA Dwiwarna didirikan. Ada dua kegiatan yang dilaksanakan untuk mempererat tali persaudaraan sebagai sekolah yang mengedepankan visi dan misi pendidikan lintas budaya, diantaranya: (1) Homestay Program dan (2) Morioka Chuo International Education Forum.

Musim Dingin 2015


Pada musim dingin tahun 2015, saya menemani 9 siswa untuk merasakan pengalaman hidup bersama orang Jepang di kota Morioka, di Iwate Prefektur. Program yang ditawarkan selain hidup dan mengenal budaya keluarga Jepang di sana, siswa pun diberikan pembekalan kursus singkat bahasa Jepang selama 7 hari.

Kami diperkenalkan dengan budaya Jepang yang populer, seperti: (1) Upacara minum teh hijau dengan mengenakan Yukata (pria) dan kimono (perempuan), (2) Mandi khas orang-orang Jepang dengan menggunakan bathub, (3) Festival salju di lembah gunung Iwate, (4) tempat ibadah (kuil) dan bagaimana cara mereka melakukannya, (5) makanan tradisional khas masyarakat lokal dan cara pembuatannya yang dilaksanakan secara terpusat di Pusat Kerajinan Tangan kota Morioka, serta (6) menjadi bagian keluarga masyarakat lokal.


Tim Homestay Morioka Jepang 2015

Kegiatan guru dan siswa umumnya dibedakan. 

Yang menarik adalah kegiatan homestay dimana keluarga yang menampung kami terdiri dari berbagai latar belakang ekonomi yang cenderung berbeda, mulai dari menengah hingga atas. Ada yang bercerita bahwa ketika mereka berangkat sekolah menggunakan moda transportasi umum, seperti kereta dan taksi; ada pula yang berjalan kaki karena jaraknya yang dekat dengan sekolah, ada yang menggunakan sepeda dan diantar oleh orang tua siswa. Selain itu, banyak dari mereka dibekali dengan bento untuk makan siang, tetapi ada pun karena orang tua yang sibuk hanya dibekali oleh uang jajan sehingga mereka dapat membeli makan siang di kantin sekolah.

Ketika waktunya makan siang, siswa Morioka akan mengajak siswa kami untuk berkumpul untuk makan siang bersama. Terkadang mereka saling menawarkan dan berbagi makanan.

Bento rumahan umumnya terdiri dari nasi, bisa berbentuk nasi kepal (onigiri) atau sushi dengan toping salmon masak, salad Jepang, satu buah, dan satu yoghurt. Minumnya biasanya dibekali dengan satu buah Jus kemasan.

Yap! Makanannya sangat sehat dan praktis. Selain itu, memanjakan mata dengan warna yang beragam dan bentuk yang cantik.

Ketika sudah bersama host-family, kegiatan kami menjadi beragam tergantung karakter keluarga masing-masing. Dari cerita siswa, ada yang diajak ke kuil terbesar di Iwate yang terletak di lembah gunung Iwate, ada yang pergi ke pusat kota untuk melakukan kegiatan umum yang digemari oleh remaja lokal, seperti bermain game, karaoke, photoboothing, dan jalan-jalan sekitar kota.


Pengalaman Seru Bersama Keluarga Iwasaki


Aku tinggal bersama salah satu guru di SMA Morioka. Nama beliau adalah Iwasaki Satoshi, seorang guru Matematika. Aku sendiri ditawarkan jika ada tempat atau hal yang ingin dilakukan. Aku sudah mempersiapkan beberapa list jika aku berada di Jepang. 

Karena sering menonton Anime, jadi sudah terbayang beberapa hal, seperti: menikmati onsen di lembah gunung dan menikmati susu sapi murni dingin setelahnya, menikmati es krim di tengah salju, menikmati sake sashimi (irisan daging salmon mentah), tidur di atas kasur tatami, mengunjungi kuil dan museum, menikmati dango (camilan manis khas Jepang), dan bermain bola salju.

Hal yang paling mengesankan adalah menikmati onsen dengan pemandangan terbuka. 

Ini adalah sebuah pengalaman sungguh indah. Sayang, tidak diizinkan membawa kamera ke dalam onsen, sehingga aku tidak dapat membagikan apa yang aku lihat. Yang bisa aku gambarkan adalah hangatnya mata air panas dari gunung Iwate yang merelaksasi dengan pemandangan taman salju, dimana ada beberapa kelinci liar yang keluar dari lubangnya untuk mencari dedaunan yang masih dapat dimakan, atau buah-buahan yang jatuh dari pohon, yang sesekali memperhatikan ku, lalu melompat kembali ke sarangnya. Kabut dari kejauhan menutupi sebagian gunung Iwate yang terpampang gagah.

Lalu aku berpikir sembari menutup mata, “Ini kah yang dirasakan Naruto ketika diajak ke pemandian air panas alami di lembah gunung ketika mereka telah berlatih atau menyelesaikan misinya? Memang sunggung menenangkan. Melepaskan rasa lelah dan stress yang menumpuk bawaan dari Indonesia. Rasanya tidak pernah mau beranjak.”

Setelah beberapa waktu, aku mencoba menikmati sauna.

Norak! Aku tidak kuat lama-lama. 5 menit rasanya sudah mau pingsan. Aku izin keluar dan membasuh diri.

Iwasaki-sensei mengajak saya ke pojok ruangan dimana kami menemukan vending machine khusus susu murni dingin. Beliau membelikan saya satu botol susu putih dan meminta saya untuk berbaring di atas kursi pijat. Syurga!


Susu Sapi Murni Dingin di Onsen di Morioka

Kami mengobrol dengan menggunakan bahasa Inggris dan sesekali aku menyelipkan ungkapan bahasa Jepang yang kadang membuat beliau tersenyum. Mungkin beliau tahu bahwa aku ingin sekali dapat berkomunikasi dalam bahasa Jepang. Jika beliau mulai tidak memahami apa yang aku ceritakan, aku mulai menggunakan google translate dan menunjukannya pada beliau. Beliau pun jika mulai bingung dan tidak mengetahui kata tertentu dalam bahasa Inggris, maka akan melakukan hal yang sama. Yang penting saling memahami.

Selepas dari onsen, kami menuju pulang.

Di tengah perjalanan, beliau melihat satu pondok cantik bertemakan fantasi yang menjajakan berbagai jenis es krim. Mataku langsung berbinar-binar. Beliau masih ingat bucket list yang aku ceritakan ketika di rumah.


Pondok Es Krim di Morioka

Rasanya ingin mencoba semua rasa tapi tidak mungkin. Aku memilih tiga rasa yang Jepang banget, teh hijau. Rasa pahit teh hijau nya masih terasa, nikmat, tidak terlalu manis tetapi teksturnya lembut. Aku duduk sebentar untuk menghabiskan es krim di antara pepohonan dan salju yang menawan. Aku senyum-senyum sendiri karena tak pernah terbayangkan bahwa mimpi itu terwujud.

Es Krim Teh Hijau di tengah Salju

Iwasaki-sensei kemudian bertanya jika aku merasa senang berada di Jepang dan melakukan yang aku inginkan. Aku sangat berterima kasih karena ini adalah pengalaman yang sangat berharga.
Kami melanjutkan perjalanan menuju supermarket di tengah kota. Tempatnya luas sekali. Ketika masuk, bau khas bakery shop dengan butter fragrance yang cukup kuat sungguh melenakan. Terbayang dapat ku nikmati dengan satu gelas kopi hitam hangat.

Beliau kembali bertanya jika ada yang ingin aku coba untuk makan malam. Aku membebaskan beliau untuk memilih selama tidak daging babi. Beliau sudah paham itu karena tahun sebelumnya beliau pernah berkunjung ke sekolah kami dan mengenal Islam, sehingga aku tidak perlu lagi memberi tahu apa yang dilarang dikonsumsi oleh muslim. Selain itu, beliau memahami bahwa muslim melaksanakan ibadah wajib 5 kali sehari, sehingga ketika waktu subuh beliau mengetuk pintu dan membangunkan jika aku sudah melaksanakan shalat subuh. It feels like home.

Di lain hari, beliau mengajak ku ke Kuil Chuuson-Ji di kota Hiraizumi sekitar 90 KM dari kota Morioka. Selama perjalanan, aku tak dapat menahan kantuk karena efek penghangat di dalam mobil.

Mr Achdi, it’s OK, you can sleep. It takes at least more than hour to reach the destinantion.” Ucap beliau. Gak apa-apa, tidur saja, karena butuh lebih dari satu jam untuk mencapai tujuan.

Sekuat apapun aku coba menahan rasa kantuk, akhirnya terlelap juga.

Sesampainya di lokasi. Kami menuju ke beberapa tempat pemujaan dewa-dewa yang berdasarkan shio. Cukup banyak pengunjung waktu itu karena tampaknya sedang ada perhelatan. Hingga ada TV nasional yang meliput dan salah satu siswa kami mendapatkan wawancara singkat tentang kesannya selama berwisata di Iwate.


Berfoto bersama Iwasaki-sensei di depan Museum Kuil
Di Depan Gerbang Kuil Chuuson-Ji

Kuil Shio Tikus


Masyarakat yang berkunjung umumnya datang untuk berdoa dan meminta berkah. Mereka membeli jimat untuk kebutuhan mereka masing-masing. Ada yang membeli jimat untuk lulus ujian, keselamatan, langgeng pernikahan, mendapatkan jodoh, kesehatan, kekayaan, dan lain sebagainya.


Beragam Jimat Kepercayaan Shinto

Hujan salju beserta angin yang cukup kencang membuat kami harus menyelesaikan tur.

Iwasaki-sensei mengajak ku untuk makan siang di kedai mie dingin. Nama panganannya disebut Wanko Soba. Makanannya biasa saja, tetapi cara penyajiannya yang menarik. Pengunjung disajikan 12 mangkuk kecil pertama dan seterusnya. Sayang sekali, aku hanya mampu menambah 4 kali hingga 48 mangkuk. Konon katanya, ada orang mampu menghabiskan soba hingga ratusan mangkuk. Aku yakin dia adalah ninja atau samurai yang telah bertempur berhari-hari sehingga rasa laparnya menggila.

Kedai Wanko Soba
Makanan Pelengkap Wanko Soba

Mangkuk Kecil Khas Wanko Soba


Pertanyaan yang paling aku sukai dari beliau adalah, “What do you want else to do?”

“Dango!” Aku menjawab dengan semangat.

Beliau lalu mengajak ku ke Pusat Kerajinan Tangan Iwate.

Demo Masak Nambu Senbei

Di sana, aku belajar membuat nambu senbei, kerupuk beras dengan tekstur yang renyah.

“Mr. Achdi, do you want to try nambu senbei with ice cream?”

Mata ku berbinar-binar kembali. He knows what I love.

Es Krim Nambu Senbei

“Green tea or Ogura?” Beliau bertanya.

Green tea lah pasti pilihannya. Rasanya enak banget. Aku koq merasa kayak anak sensei di liburan musim dingin itu. Bahagianya!

Ketika pulang, aku lekas bersih-bersih untuk makan malam. Iwasaki sensei berkata bahwa ibu beliau yang memasak untuk pesta perpisahan ku nanti malam. Beliau akan memasak nasi kari Jepang khas keluarga Iwasaki.

Makan Malam Perspisahan dengan keluarga Iwasaki

Semua keluarga berkumpul. Ayah dan ibu beliau, istri serta kedua anak beliau pun hadir. Serasa ulang tahun tanpa kue tart. Aku diminta untuk mengenakan Yukata yang selalu dikenakan oleh Iwasaki-sensei. Kata beliau cocok dipake oleh ku dan meminta ku untuk membawanya ke Indonesia sebagai kenang-kenangan.

Mata ku berbinar-binar. Aku terharu!

Lalu beliau memperkanalkan satu alat menarik yang pernah aku lihat ketika nonton Doraemon. Namanya Kendama. Saya perlu beberapa kali mencoba hingga dapat berhasil.



Lalu kami makan malam dan diakhiri dengan poto bersama.

Kami mengobrol cukup lama setelahnya.

Aku sangat berterima kasih dapat menjadi bagian dari keluarga Iwasaki. Mereka begitu ramah dan membuat ku merasa di rumah sendiri.

Aku ingat satu malam ketika itu merasa kedingingan dan ibunda Iwasaki-sensei membawakan ku alat kompres hangat untuk perut ku.



“Kamu butuh apa lagi? Jangan sungkan-sungkan ya.” Dengan senyumnya yang ramah, beliau mengelus-elus kepala ku. Fix, aku anak mereka yang baru kembali ke rumah.



Ah, waktu ku di Morioka sudah habis. Kami harus segera menuju Tokyo untuk melanjutkan pengalaman menyenangkan lainnya. Iwasaki sensei mengantar hingga ke stasiun sebelum naik Shinkansen.

Aku sangat ingin kembali ke Morioka dengan acara yang berbeda, waktu itu aku pikir.

Dan ternyata, di tahun 2018, aku kembali ke Morioka untuk menghadiri perhelatan ulang tahun SMA Morioka yang ke 20 dengan gelaran The 20th Morioka Chuo International Forum 2018 yang akan aku ceritakan di tulisan berikutnya ya.

Ngomong-ngomong, untuk perjalanan di Tokyo perlu dceritakan terpisah juga ga?



32 comments:

  1. Alhamdulillah bu untuk menambah pengalaman :)

    ReplyDelete
  2. Keren Mister. Waktu itu gurunya ikut homestay juga ya? Seru dong ya... Jadi kangen Morioka baca tulisan ini.

    ReplyDelete
  3. Asik yang setengah matang program nya ya gara2 Covid 19

    ReplyDelete
  4. Mau mau mau.. mau tau lagi gimana perjalanan di Tokyo. Next cerita lagi ya mas.

    ReplyDelete
  5. Seru banget y mas.. Aku dari kapan tau juga udah bayangin bakal exchange me jepang,tapi sampai sejauh ini memang hanya membayangkan aja,hahahaa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mimpi aja dulu, saya juga dulu ga kebayang bisa ke Jepang hee

      Delete
  6. Waaah Mr.Achdi ini mah impian saya sejak duluuu. Jalan2 mengenal kebudayaan Jepang secara langsung. Membaca tulisan mister, imajinasi saya menguar liar. Morioka ternyata cantik banget. Boleh loohh cerita perfektur Jepang yang lain. Ditunggu!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga bisa mengunjungi dan menulis ttg prefektyr lainnya ya

      Delete
  7. Kereeenn. Gimana yah rasanya makan es krim di tengah salju 😅😅
    Morioka ini pernah muncul di komik Conan yah kalo ngga salah, jadi keinget kasusnya sinichi di sana.

    ReplyDelete
  8. Nikmat dan sensasional ya buat orang kampung kayak saya ma haha...

    ReplyDelete
  9. Diceritain lagi pak. Seru soalnya. Jadi pengen ke sana juga. Jepang salah satu negara impian saya. mau ngajakin saya gak pak? hehe..

    ReplyDelete
  10. Ayuk kita backpacking kalo diizinkan sama Allah dan suaminya haha

    ReplyDelete
  11. wah keren pengalamannya..btw sy kok ngilu bayangin makan eskrim ditengah salju..ga dingin kah? klo sy bayangin minum wedang ronde ditengah salju enak kali ya hihihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha ndak ada wedang ronde mbak adanya sake... tapi serius, ini sensasinya seru, makan es krim itu lebih enak pas musim dingin (tapi pas bukan lagi turun saljunya, lagi agak siangan cerah tapi pas winter) jadnya gak buat makin haus kayak kalo musim panas.

      Delete
  12. Keren banget sih bisa nherasain musim dingin di Jepang. Bikin iri deh

    ReplyDelete
  13. enak banget ya kak kehidupan anime yg di jepang jadi real life banget saat di Jepang.. omaigot saya pengen deh menikmati morioka

    ReplyDelete
  14. Eh, waktu masih kerja di Rektorat IPB dulu, 2009-2011 (kalo gak salah), saya pernah loh ini mendampingi anak-anak Dwi Warna waktu kunjungan ke kampus IPB. Hanya saja saya lupa-lupa ingat, SMP atau SMA-nya ya? Wkwkwk. Aduh mas, envy aku kalo lihat orang udah pernah ke Jepang. Semoga nanti bisa nyusul suami yg udah 2x ke sana. Amin.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Berarti sebelum saya mengajar di DW ya bu. Tapi hingga saat ini, masih sering mengunjungi IPB setiap tahunnya.

      Delete
  15. Wah keren banget ini ada program homestay SMA Dwiwarna ke Morioka. Pasti berkesan sekali punya pengalaman menunjungi Jepang, mengenal budayanya dan menjadi bagian dari salah satu keluarganya.
    Ditunggu cerita lainnya ya
    Btw, kalau anak saya saat kelas 7 ikut immersion ke UK selama seminggu juga, tinggal di keluarga lokal dan bersekolah setiap harinya di SMP di sana. Keren acara seperti ini, anak-anak jadi mengenal kehidupan bangsa lain

    ReplyDelete
  16. paling seneng kalau bisa hidup disebuah desa, tidur dan menyatu di rumah warga, apalagi ini ya di jepang, asyik banget pingin ih

    ReplyDelete
  17. Ah seru banget pengalamannya, Pak. Syukurlah bertemu keluarga homestay yang baik ya. Terus saya juga tertarik sama Jepang itu karena kulinernya. Baca ini jadi semakin tertarik ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. sekarang tiket lagi murah bu ke sana, setengah harga

      Delete
  18. Saya jawab pertanyaan yang terakhir, perlu.
    Habis baca ini saya makin penasaran dengan cerita di Jepang. Asyik banget

    ReplyDelete
  19. Waaah mantep nih sensei banyak pengalaman di jepang. Btw kalo saya sih kayaknya ogah makan es krim. UDah di tengah salju, makan eskrim pula. iiih beku kayaknya...

    ReplyDelete
  20. wah meski sudah berlalu 5 tahun masih terasa ya kenangannya, coba di share ke keluarga iwasaki pasti seneng bgt denger cerita mas di blog

    ReplyDelete
  21. Masyaallah keren pengalamannya pak. menginspirasi. Banyak cerita indah terukir dari pengalaman yang menakjubkan.

    ReplyDelete
  22. Subhanallah,, keren banget program SMA Dwiwarna Bogor dan SMA Morioka Jepang.
    dan tentu menjadi pengalaman mengesankan untul 9 siswa bisa mempelajari budaya Jepang. Apalagi telah dibekali selama 7 hari kursus kilat Bahasa Jepang

    ReplyDelete

Silahkan tinggalkan pesan atau komentar yang membangun untuk penulisan/karya yang lebih baik. Terima kasih.

Powered by Blogger.