Mari Mampir!

Selamat datang di blog saya. Selamat menikmati menu beragam yang akan mengisi dahaga mu akan ilmu dan rasa lapar mu akan cerita tentang hidup. Jangan dulu meninggalkan meja makan ku sebelum kamu kenyang dan siap melangkah lagi. Salam kebajikan.
Breaking News
recent

Langit Sembab

Di atas lantai dua, aku melihat langit sembab karena hujan yang telah berhenti, seperti senja yang meraih surga setelah warna-warna kelabu. Dalam pelangi yang berkilauan. Dalam serat-serat awan yang menyisir warna-warna gelap menjadikan cahaya kerlip lepas menuju bumi.

Mentari pagi tak juga muncul menyapa rerumputan hijau, pohon tak rindang yang terlalu kurus ketika dihembus angin sepoi-sepoi hingga tertarik kencang. Bahkan burung-burung terlalu malas mengibaskan sayapnya yang belum kering akibat hujan deras semalam.

Ramai sorak bocah-bocah yang riang bersama kaus cerah yang berani lebih marah dibandingkan bulan. Lebih semarak dibandingkan kelopak mawar yang diserahkan romeo pada Juliet. Pula lebih riak dibandingkan darah yang menembus nadi-nadi perawan - karena patah hati akibat cinta monyet yang berakhir tragis di dunia.

Sudah waktunya aku melepaskan kemeja putih beserta dasi kartun yang kubeli dengan harga mahasiswa di Bandung. Aku ingin segera melepas lelah sebelum hujan mengguyur Parung. Bahkan aku merindukan suasana ketika kaca-kaca bergeming melayani teriakan suara-suara kesetanan di belakang mega.

Setelah ashar yang tidak menggema, seperti maghrib atau subuh, aku merana. Melihat mu lari di atas tenaga otak ku yang perlu segera diisi ulang dengan memori-meori indah sebelum dan sesudah mu. Mengapa selalu tiba-tiba? Seperti tikus yang tiba-tiba berlari di belakang lemari dan mesekelibat hanya bayangan hitamnya yang tertangkap oleh kasat mata. Aku harus segera kembali dan sendiri. Setidaknya merebut kembali kendali hidup ku yang telah kau tarik ke masa 5 tahun silam.

Dan aku masih merindukan mu…

[Tolong lepaskan aku!]

Aku mengais satu persatu jejak yang aku tinggalkan bersama garis-garis berpola indah yang digambarkan oleh karet bulat di bawah kuda biru ku. Bebatuan dan tanah basar yang sebagian lubangnya terisi air dan bercampur lumpur semakin basah oleh rintikan hujan yang tengah perlahan menangisi suhu bumi.

Aku menjatuhkan diri di atas busa tebal yang ada di petak kawan ku. Suhunya sungguh memtaikan. Panas menguap ketika pintu petak dibuka dan membutuhkan kesegaran angin yang berhembus kencang sejak tadi sore.

Aku melukis dengan jari di atas busa itu. Lalu hamper terlelap ketika aku sadar bahwa hari ini adalah hari lahir mu. 5 November. Masa itu… ketika kita berdua menatap kemilau cahay dari atas bukit di dago pakar lalu menuju tempat yang temaram. Dengan lilin dan satu potong strawberry cheese cake. Aku pikir tak akan cukup untuk kita berdua. Lalu aku memesan satu porsi menu yang sangat kau gemari dan sisanya aku. Kau lebih menawan ketika cahaya lilin itu tertiup, terombang-ambing oleh angin malam. Kau berwarna cokelat keemasan. Simply beautiful.

Apakah aku mampu hanya untuk mengucapkan selamat hari lahir? Aku rasa aku bisa. Hanya saja setelahnya aku akan mengharapkan lebih dari sebuah ucapan. Aku pasti akan selalu meminta mu kembali. Memberikan ku satu lagi tiket emas untuk bisa mencari harta karun yang tertanam dalam di hati mu.

Aku akhirnya mampu, tetapi hanya sebatas itu. Aku tahu. Aku mengerti. Aku sungguh memahami di mana aku harus melepaskan mu dengan ikhlas. Terbang tinggi tanpa disisku bersama mu. Dan aku ingin melepaskan sesal ku untuk mu.

Kau sejarah yang sangat berarti di hidup ku. Aku tahu bentuk cinta itu bukan lah seperti hati, tetapi oval seperti batu kerikil. Aku mengerti bahwa cinta itu adalah dua, bukan menjadi satu. Aku memahami, sungguh sangat memahami bahwa cinta tak bisa selamanya. Tak akan pernah ada kata selamanya, forever, everlasting, evergreen, dan apapun namanya, karena manusia terbatas oleh emosi, nafsu, serta waktu. Dan akhirnya aku menyadari bahwa rindu itu lebih dari hanya sekedar rasa sesal yang tak bisa berhenti menghantui ku.

Rindu, sungguh pelik nama mu. Indah sekaligus merapuhkan. Ingin segera aku hapus rindu ini menjadi sebua do’a agar kita bisa tenang dalam menapaki sisa umur, yang entah berapa detik, menit, jam, hari, bulan, atau tahun.

Rindu. Oh Rindu. Berhentilah merayu karena akhirnya aku akan layu kembali karena mu.

Selamat hari ulang tahun 5 November yang lalu, Rindu.

No comments:

Silahkan tinggalkan pesan atau komentar yang membangun untuk penulisan/karya yang lebih baik. Terima kasih.

Powered by Blogger.