KEMBALI SEPEKAN KE BANDUNG
Liburan sudah tiba. Saatnya
menghabiskan waktu di pantai tercantik di Sukabumi, pantai Ujung Genteng. Tapi
rasa malas begitu membebani karena semua kawan tampaknya memiliki jadwal
liburan yang berbeda. Tak masalah sebenarnya, aku sudah terbiasa menghabiskan liburan
di sana sendiri meskipun pada akhirnya keluarga ku menyusul keesokan harinya untuk
bergabung dan menghabiskan waktu bersama. Kemudian aku mulai menghubungi
kawan-kawan ku di kota lain, salah satunya kota Jakarta dan Bandung. Aku ingin
ke Jakarta karena ada dua kawan ku di sana yang bisa aku ajak bermain sepuasnya
seperti jaman SMA dahulu, atau di Bandung karena ada temen semasa kuliah ku
yang bisa aku ajak untuk menikmati kuliner serba ada yang ada di sana. Dan
akhirnya aku memutuskan untuk menghabiskan waktu liburan ku di Bandung.
Pagi-pagi aku berangkat dengan
menggunakan motor matic Skywave biru
ku menuju kota Bandung. Dikatakan sedikit nekad,
karena ini perngalaman pertama ku membawa motor sendiri ke kota
Parahyangan. Biasanya jika tak menggunakan Bus, aku selalu bersama dengan kawan-kawan
yang lain menggunakan mobil pribadi mereka atau dibonceng dengan motor bebek. Sepanjang
jalan menuju Cimahi tak ada masalah apapun, yang jadi masalah adalah
setelahnya, Cimahi menuju Jalan Setiabudi, Bandung. Sudah lama sekali aku tidak
hapal jalan tikus menuju sana, sehingga aku memutuskan untuk mencoba semua
jalan dan arah yang menuju ke sana meskipun aku tahu akan tampak bodoh bagi
orang yang pernah selama 5 tahun hidup di Bandung.
Setelah cukup yakin, aku akhirnya
masih berputar-putar di sekitar jalan Pesantren, Cimahi, dan setelah mencoba ke
dua kalinya aku menemukan rute yang tepat menuju Jalan Sarijadi, Bandung. Dan akhirnya aku mulai kebingungan ketika
memasuki jalan Sarijadi Bandung, karena banyak belokan dan tak terlalu banyak
angkutan umum. Akhirnya lagi, di setiap belokan di mana insting ku mulai goyah, aku memutuskan untuk bertanya pada
setiap orang yang aku temui. “Kang, iyeu leres jalan ka Ledeng?” [Kang, ini benar jalan ke Ledeng?] :D
Alhamdulillah, aku berhasil
menuju Ledeng dan berakhir di Belakang terminal Ledeng menyambangi salah satu
teman ku, namanya Mahyar, guru Bahasa Sunda yang satu angkatan dulu di Kampus
UPI, Bandung. Daerah ini masih tetap dingin, meskipun suhu di luar begitu
terik. Aku langsung disuguhi satu piring Ketoprak
dan minuman dingin segar. Tak lapar sebenarnya, tapi apa daya sudah disuguhi. Sorenya, aku diajak Karakoean di
MTC [Metro Trade Centre] dan menikmati satu mangkuk Bakso Spesial di sepanjang
jalan di Binong, Bandung. Dia memutuskan untuk ambil kos di Binong karena
tuntutan profesinya yang harus mengajar di dua sekolah sekaligus dan karena jaraknya
jauh dari Ledeng.
Keesokan
harinya, aku bertemu dengan seorang kawan asli Bandung yang gemar dengan
berbagai macam kuliner. Namanya kang Asep Rahman. Orangnya asik diajak bercanda
dan tak lupa tentunya suka makan pula. Awalnya kami kebingungan menentukan
tempat makan yang seru siang itu karena tidak hanya masalah selera, tapi juga
pilihan menu yang beragam dan unik menjadi pertimbangannya. Akhirnya dia
memutuskan untuk mengajak saya ke Jalan Progo, Bandung dimana berbagai macam
kuliner dan tempat nongkrong seru, khususnya untuk anak muda berkumpul buat
sekedar mengobrol dan menikmati waktu bersama.
Kami berhenti di sebuah tempat makan yang cukup menyenangkan, namanya The Tokyo Connection. Bangunannya sangat simplistic untuk bagian berandanya, dengan sentuhan ala rumah yang cukup vintage dan terkesan hangat. Sesuai dengan namanya “Tokyo” pasti ada menu masakan Jepangnya, mulai dari Ramen, Sushi, Teriyaki, Sashimi, hingga berbagai jenis minuman khusus ala Jepang. Saking banyaknya menu yang tampak menggiurkan, aku jadi kebingungan.
Akhinya aku
meminta pendapat Kang Asep dan dia memilihkan ku satu mangkuk Ramen besar
dengan potongan daging sapi yang menggugah selera. Selain itu aku memesan satu
gelas Kopi Capuccino hangat dengan Mint. Membutuhkan waktu kurang lebih 30
menit hingga kami dapat menikmati pesanan kami. Satu mangkuk itu benar-benar
besar seperti yang pernah aku saksikan di film kartun Naruto yang gemar sekali dengan Ramen.Tapi memang bukan isi mie ramen atau dagingnya yang mengisi penuh mangkuk
raksasa itu, tetapi kuahnya yang bejibun, Mak!
Hahaha… tapi so far, memuaskan. Di bawah ini ada contoh menu yang disajikan:
Belum selesai sampai disana, kang Asep mengajak saya untuk menikmati dessert yang dijanjikannya akan sangat
membuat ketagihan, The Harvest, Dago. Tempatnya sangat cozy dan membuat aku ingin berlama-lama untuk menghabiskan waktu
disana. Recommended! Disana aku
dipesankan satu porsi Red Velvet Cake dan
untuk beverage nya aku memesan Frozen Green Tea. Sejujurnya aku masih
kekenyangan dari menu sebelumnya, tapi menu sekarang sangat membuat ku sulit
untuk tidak membuka mulut dan mencicipi setiap krim keju yang akan meleleh di
lidah ku. Pepohonan yang menjulang tinggi dengan sayup angin sepoi-sepoi,
membuat susasanya menjadi begitu nyaman, serasa di rumah seorang kawan yang
jauh dari perkotaan, meskipun terkadang masih bisa ku saksikan beberapa
angkutan umum berjejal di sepanjang jalan dago yang terhenti karena lampu merah
di bawah sana.
![]() | |
TOKYO CONNECTION Jl. Progo, Bandung [Belakang Jl. Riau] |
Kami berhenti di sebuah tempat makan yang cukup menyenangkan, namanya The Tokyo Connection. Bangunannya sangat simplistic untuk bagian berandanya, dengan sentuhan ala rumah yang cukup vintage dan terkesan hangat. Sesuai dengan namanya “Tokyo” pasti ada menu masakan Jepangnya, mulai dari Ramen, Sushi, Teriyaki, Sashimi, hingga berbagai jenis minuman khusus ala Jepang. Saking banyaknya menu yang tampak menggiurkan, aku jadi kebingungan.

![]() | |
Menu Ramen & Rice |
![]() |
Menu untuk Beverages di Tokyo Conncetion |
![]() |
The Harvest, Dago Bandung |
Dalam beberapa suap, Kang asep mampu menghabiskan satu posri Red Velvet tanpa jejak. Seriously! Lah aku kayak keong yang makan satu gunung besar dan keras. Tampak sekali sulit dicerna. Mungkin lebih tepatnya, perut sudah menolak asupan lagi karena eneg. Perut kampung memang, dikasih makanan enak dan mahal, malah nolak. Coba dikasih lalapan dan sambal terasi, mungkin sudah nambah lagi. Ndeso! Dan akhirnya memang aku tak mampu untuk menghabiskan seluruh kuenya, bahkan minumnya si teh hijau beku, seperti es yang susah cairnya. Sayang sekali padahal enaknya minta ampun sampe aku nyerah!
Jam 5 sore,
kami memutuskan untuk berpisah karena aku harus bertemu dengan kawan lama ku di
Istana Plaza Padjajajarn yang sudah dipindahhtugaskan di Unit Cimahi. Kami
memutuskan untuk bertemu di J.Co IP dan aku berjanji tidak akan lagi
mengkonsumsi jenis kalori apapun nanti disana karena aku sudah cukup kewalahan
dengan menu hari ini.
And that was a very thankful appreciation to Mr. Asep Rahman haha :D
Well, banyak hal yang kami diskusikan
seperti masa-masa dahulu ketika kami masih di Unit kerja yang sama di Sukabumi,
mulai dari masalah gender, private life, hingga
hal-hal gak penting yang perlu dibicarakan sebenarnya. Tapi itulah seorang Sugi
Siswiyanti. Seorang kawan yang hidupnya sangat penuh perjuangan dan
kekeraskepalaan dengan prinsipnya sendiri haha :D
Pukul 09.00,
kami memutuskan untuk menyelesaikan obrolannya yang sulit berhenti itu. Dan aku
kembali menuju Lembang tempat ku bermalam di Cemara Asri, Lembang.
Esok harinya,
aku berangkat menuju kota Garut untuk bertemu kawan yang sudah dialihtugaskan
di sana. Rencananya aku berangkat pagi sekali biar sore aku bisa kembali ke
Bandung. Aku tidak menggunakan motor mungil ku karena aku tak tahu jalan menuju
ke sana sehingga aku memutuskan untuk menggunakan Bis saja dari terminal
Cicaheum.
Tak banyak yang ku lakukan di sana, selain makan dan tidur saja. Sore
pun aku tak jadi kembali ke Bandung karena diisukan macet parah di sepanjang jalan
nagreg hingga Rancaekek. Hari senin pagi aku pulang dari Garut menuju Bandung.
Sesampainya di Bandung, ternyata beberapa siswa ku juga liburan di Bandung dan
kami berencana untuk bertemu di Bandung Electronic Centre [BEC] sore pukul 3.
![]() |
BEC Jl. Purnawarman Bandung |
Pukul 3 sore,
aku pergi menuju BEC dan hendak membeli beberapa alat elektronik untuk
pembelajaran di kelas nanti sekaligus membeli satu modem yang hilang entah
kemana dimainkan sembarang oleh keponakan ku di Sukabumi. Aku membeli sepasang Speaker Aktif yang tak terlalu bermerk seharga Rp. 85.000, paket modem Smartfren locked-version seharga 185.000, MP3 player promosi murah seharga Rp. 40.000, memori SD Card 4GB seharga Rp. 20.000, dan tak lupa tas khusus netbook bermotif batik seharga Rp. 50.000.
Pukul 4, aku
sedikit telat untuk bertemu dengan siswa ku yang sudah dari pukul 3 menunggu
dan telah menyelesaikan makan siang mereka di Ngopi Doeloe di Jl. Purnawarman seberang BEC, Bandung. Aku memesan
satu piring Lasagna dan satu gelas
Juice Mangoe floss. Setelah itu kami berencana mengunjungi salah satu kawan
mereka yang tinggal di Antapani. Di sana aku hanya bisa sampai pukul 7 malam
dan kembali ke Lembang untuk
beristirahat karena rencananya selasa pagi aku kembali ke Sukabumi.
Hampir menuju
Sukabumi, ban belakang ku bocor lagi karena sebelum berangkat ke Bandung pun di
Cianjur, ban belakang nya bocor. Tampaknya memang harus segera diganti dengan
ban tubeless biar ga terlalu
merepatkan jika dibawa ke Bogor hari kamis nanti.
Liburan Bagian
pertama sebelum perjalanan ke Cirebon sabtu nanti pun usai.
No comments:
Silahkan tinggalkan pesan atau komentar yang membangun untuk penulisan/karya yang lebih baik. Terima kasih.