Mimpi: Mobil Mundur dan Si Sule
Betapa rindang pohon-pohon yang ada di sekeliling ku. Sejuk dan teduh. Tanahnya tampak masih basah karena hujan, mungkin aku menyimpulkan. Rumah-rumah mungil dari bambu tampak kecil tertelan jarak di kejauhan. Sawah, padi, dan petani yang menyatu dalam warna alam, serta kerbau yang selalu setia menuntun si pak tua berjalan. Di jalan setapak ini, aku hanya sendiri. Terlalu sepi untuk bisa berada di tempat terpencil dan kampung yang tak bisa ku kenali. Mengapa aku bisa berada di sana?
Ku dapatkan sebuah mobil mewah hitam. Teronggok, mengahalangi jalan kecil yang hanya bisa dilewati oleh satu arah mobil sejenis city car. Tanpa ku lihat sekitar, aku pun memberanikan sendiri masuk ke dalam mobil. Begitu memukau karena tak pernah ku dapatkan interior mewah serta eksklusif dari sebuah kendaraan beroda empat selama ini. Di genggaman sudah tersedia kunci mobil [tersebut] yang entah dari mana datangnya. Ajaib. Ku mulai nyalakan dan bisa menderu. Seperti mobil-mobil balap yang beradu di gurun-gurun Australia. Ku injak pedal gas, kemudian mobil melaju mundur. Ku injak pedal rem, tak mampu berhenti. Tapi malah semakin mundur kencang. Seeperti si Atret. Anehnya, jalanan tampak mulus dan tidak berbelok. Hanya bergelombang. Seperti berada di dalam wahana Halilintar dengan berjalan mundur. Aneh. Tidak logis. Aku sedikit panic karena tidak tahu harus berbuat apa. Tadi saja menyalakannya dengan ajaib sekali bisa mudah dilakukan. Sekarang menghentikannya mungkin kah bisa seajaib tadi? Bisa. Mobilnya pun berhenti. Tetapi aku masih merasa berada di tempat yang sama. Mengapa? Aku masih benar-benar ingat bahwa ini tempat yang sama dimana awal aku masuk ke dalam mobil dan secara ajaib berjalan mundur.
Lama tak ingat, aku tersadar berada di sebuah kamar [tampaknya sebuah kamar kos yang sangat berantakan]. Ada Sule. Keajaiban apalagi sekarang. Ada pak HR, rekan seprofesi ku di kantor. Beliau mendekati ku dan hendak meminjam gunting yang berada, katanya, di sebelah ku. Dan memang ada di sebelah kanan tempat aku bermalasan. Kenapa aku bermalasan? Karena, seingat ku, aku berada di atas kasur lepek yang penuh dengan baju-baju kotor yang akan di cuci. Kenapa aku tahu? Karena setelah meminjam gunting, pak HR beranjak menuju ke Kamar Mandi dan membawa beberapa potong baju kotor nya [mungkin].
Aku pun melihat sebuah kertas yang berisikan jadwal kegiatan. Tertulis Trans TV Corp dan beberapa jadwal khusus si Sule.
“Mau ke Trans jam berapa., Le?” Aku bertanya.
“Jam satu ada sinetron sambil praktek.”
“Praktek apan?” Aku tidak mengerti.
“Biasa sama cewek-cewek baru.” Dengan bangga nya sule merespon.
Oh adalah kata terakhir yang aku ingat dari percakapan pendek itu. Lalu aku mulai melirik jendela di sebelah kiri atas ku tepat di samping kamar mandi. Tampak mendung dan akan segera turun hujan. Aku bertanya lagi sama Sule. “Le, dari sini jauh gak Bioskopnya? Pengen nonton nih. Mumpung ke Jakarta.”
“Dua jam naik Busway.”
Dan Oh menutup percakapan terkahir di mimpi yang benar-benar aneh dan gak penting itu.
No comments:
Silahkan tinggalkan pesan atau komentar yang membangun untuk penulisan/karya yang lebih baik. Terima kasih.