Pengalaman Lomba ALSA UI 2013
ALSA (Asian Law Students’
Association) Universitas Indonesia dikenal, oleh beberapa kolega di sekolah
saya, SMA Dwiwarna Bogor, sebagai lomba tahunan paling bergengsi untuk bidang
Bahasa Inggris, terutama di lomba Debatnya. Lomba ini diadakan dimulai dari
acara pembukaan dan technical meeting, hari
Kamis, 25 April 2013, hingga hari penutupan dan pengumuman keseluruhan pemenang
lomba, hari Selasa, 30 April 2013. Beberapa kegiatan yang dilombakan
diantaranya: (1) English Debate (Asian Parliamentary Model), (2) Model of
United Nation (MUN), (3) Story Telling, (4) Speech, (5) Battle of Brains, (6)
News Casting, dan (7) Paper Presentation.
Ini adalah pertama kalinya saya
menemani siswa untuk melaksanakan lomba yang sangat bergengsi. Sejujurnya,
kemenangan bukan target utama, melainkan untuk mengetahui seperti apa
persaingan yang sebenarnya di luar sana, terutama di bidang Bahasa Inggris. Peserta
yang hadir pun beragam, di mulai dari perwakilan dari Sekolah Menengah Atas di pulau
Sumatera hingga di pulau sebelah timur, Sulawesi. Sekolah-sekolah yang terkenal
dengan ketangguhannya di setiap lomba berbahasa Inggris, seperti BPK Penabur,
SPH, hingga sekolah negeri yang sering menjadi percontohan pemerintah untuk
program baru di pulau Jawa, seperti SMAN 5 Bandung dan SMAN 2 Semarang. Ini
akan menjadi pengalaman yang sangat berharga bagi saya khususnya, bagi siswa
saya umumnya yang, bisa dikatakan, nekad untuk mengikuti lomba bergengsi ini.
Meskipun bergengsi, tetap pada
akhirnya banyak sekali kekurangan yang harus diperbaiki. Saya menemukan
beberapa hal yang sangat mengganggu kenyamanan, keefisiensian, dan ketepatan
dalam melaksanakan kegiatan selama lomba.
![]() | |||
Kiri Atas: Giardani, Vinka, Sarah, Savenna, Lia, Rifa, Nanda - Kiri Bawah: Fikri, Bagus, Rozin, Penulis |
Untuk Speech dan Story Telling,
sejujurnya sekolah saya mengirimkan dua wakil dari masing-masing bidang, tetapi
karena beberapa alasan, mengundurkan diri adalah pilihan yang harus diambil. Berbeda
dengan dua lomba itu, lomba Spelling Bee cukup menegangkan karena siswa saya
yang bernama Nanda Vima Tasha, berhasil terus melaju hingga babak 9 besar, meskipun
harus menelan pil pahit tidak bisa malnjutkan ke babak yang terakhir. Itu
pengalaman yang cukup berharga bagi dia yang baru duduk di kelas X SMA dan
masih bisa berjuang di tahun berikutnya. Mungkin ini turnamen bahasa yang
terlalu besar baginya.
Adapun untuk lomba Paper
Presentation yang diwakilkan oleh Siti Lia Rahmatika yang tampil cukup percaya
diri, cukup membanggakan karena setiap pertanyaan dari Juri mampu dijawab
dengan baik. Jika dibandingkan dengan presentasi dari peserta lain, disain yang
dibuat oleh perwakilan sekolah kami, bisa dikatakan lebih menarik karena di
setiap slide tidak lebih menampilkan
dua gambar yang bisa mewakili penjelasan di dalam essay yang dibuat minimal
3000 kata. Sedangkan slide dari
peserta lain hanya menampilkan berupa kalimat membosankan yang membantu mereka
mengungkapkan teori di dalam essay mereka. Saya tidak tahu mana selera Juri,
apakah kalimat ataukah gambar? Apapun hasilnya, saya bangga dengan kerja keras
dan keberanian mereka untuk bisa mewakili SMA Dwiwarna di kancah nasional.
Lomba yang tidak kalah seru
adalah The Battle of Brains dimana
peserta diuji kemampuan mereka secara umum, apakah di bidang Bahasa Inggris,
Geografi, Ekonomi, dan lain sebagainya. Diakui bahwa kami salah strategi ketika
mengikuti lomba yang mirip dengan pola lomba cerdas cermat ini. Di babak
pertama dan ke dua, tim kami mampu bersaing, bahkan lebih tepat jika dikatakan
memimpin perolehan poin. Sayang, di babak ke-3 kami kecolongan karena kami baru
sadar bahwa soal berupa teka-teki silang dalam bahasa Inggris, dan setiap
kotaknya bernilai 10 poin. Poin yang kami kumpulkan sebelumnya, setelah
dijumlahkan tidak bisa mengejar nilai yang banyak kami peroleh di babak
sebelumnya. Ini pun sebagai pengalaman pertama bagi peserta yang terdiri dari
kawan sesama mantan SBI, Andi M Rozin R R, M Bagus Rizqi Perdana, dan Savena A
F.
Yang terakhir adalah lomba yang paling
melelahkan dan tak kenal kompromi, lomba Debat bahasa Inggris. Sekolah kami
diwakilkan oleh Giardani Syafitri, Vinka Damiandra Ayu Larasati, dan Fikri
Maureza yang semuanya adalah dari program khusus Internasional yang saya
harapkan bisa memdapatkan banyak pengalaman, tidak hanya untuk meningkatkan
kemampuan Bahasa Inggris mereka, tetapi juga bagaimana untuk dapat berpikir
kritis dengan berbagai macam isu yang ada.
Ada banyak sekali kritikan yang
saya pikir perlu dipikirkan kembali oleh panitia ALSA English Competition,
diantaranya adalah tentang mobilisasi peserta yang terlalu melelahkan dari Fakultas
Hukum menuju Fakultas Ilmu Budaya, bahkan pernah harus menaiki tangga di lantai
5 hanya untuk pembagian match up dan motion saja. Bukan bermaksud manja, tetapi ada
baiknya, peserta hanya diminta untuk difokuskan untuk mempersiapkan motion
untuk lomba dibandingkan harus mempersiapkan selama perjalanan menuju ruangan
untuk lomba.
Selain itu, di hari kedua lomba
debat, hari Sabtu, 27 April 2013, dan hari ketiga lomba, 28 April 2013, adalah
mobilisasi paing tidak menyenangkan. Siswa harus battle dua kali dalam sehari, itu tidak masalah. Yang menjadi
masalah adalah mobilisasi yang tidak efisien. Siswa pagi harus registrasi dari
jam 7 pagi hingga jam 8. Jam 8.30 hingga jam 9 adalah untuk match up dan penentuan motion di Balai Sidang Djokosoetono. Lalu
siswa diminta oleh panitia yang didampingi oleh LO (Liaison Officer) nya untuk menuju
Fakultas Ilmu Budaya dari Fakultas Hukum, yang notabene cukup jauh. Selain itu,
peserta diminta untuk jalan cepat dikarenakan panitia mengejar waktu agar
mereka tidak dianggap ngaret. Yang jadi masalah lagi adalah, ketiak battle yang pertama telah selesai
dilaksanakan, maka peserta harus kembali ke Balai Sidang Djokosoetono untuk match up dan penentuan motion yang kedua. Pertanyaan saya
adalah “Kenapa siswa harus kembali ke Balai Sidang Djokosoetono hanya untuk match up dan penentuan motion saja? Kenapa tidak memfungsikan
LO? Kenapa tidak memfungsikan Walkie Talkie dan mengkomunikasikan ke panitia
pusat di Balai Sidang? Koq malah membuat ribet kegiatan! Hal ini untuk tidak
membuang tenaga siswa dan siswa bisa mempersiapkan materi dengan lebih efektif
dibandingkan harus kembali, dan balik ke ruangan yang sama lagi!” Bagi saya itu
adalah hal yang tidak PANDAI!
Ada pun yang tidak woles dari beberapa panitia maupun Juri,
terlepas apakah dengan ketidaksiapan mental mereka untuk bisa menghadapi
tekanan selama lomba yang melelahkan ini atau pun terhadap kekurangan siswa
dalam tampil di depan mereka. Tidak seharusnya paniti perlu untuk berteriak,
atau bisa dikatakan melepaskan amarahnya dengan meminta peserta untuk tenang
dengan cara yang tidak sopan sehingga mengundang gemuruh sorak dari peserta
yang hadir di Auditorium AJB Bumiputera FISIP Universitas Indonesia. Tetapi
saya sangat senang dengan LO pengganti di hari Jumat, atas Nama Kevin. Thank You, Mr. Kevin, for the hospitality!
Dari 5 pertandingan yang
ditandingkan untuk debat ini, tim kamu memperoleh 3 kali kemenangan dan dua
kekalahan. Untuk perolehan poin di setiap battle
tidak transparan sehingga kami tidak bisa memperkirakan tentang poin yang
harus kami kumpulkan untuk tembus 18 besar.
Akhirnya perjuangan kami terhenti
dan tidak bisa melanjutkan ke babak selanjutnya. Ada wajah kekecewaan sekaligus
lega karena hari-hari melelahkan mereka telah berakhir. Tapi sesunggugnya,
ssaya sangat bangga karena saya melihat mereka langsung bagaimana mereka bertanding
dan berjuang untuk mempertahankan pendapat mereka. Semoga pengalaman ini bisa
berharga dan modal yang penting untuk masa-masa yang akan datang.
Adapun, semoga sekolah saya
tercinta, SMA Dwiwarna tidak kecewa dan patah semangat untuk tetap bisa memberikan
kesempatan bagi siswa-siswanya untuk berkembang tidak hanya secara akademik di
sekolah, tetapi gemilang di luar sekolah.
Terima kasih kepada Bapak Ir.
Mahdi Kartasasmita M. S, Ph. D sebagai kepala sekolah SMA Dwiwarna, Bapak Iwan
Usmansyah, S. Pd dan Ibu Euis Tresna M. Si, sebagai Wakil Kepala Bidang
kesiswaan dan Wakil kepala Bidang Kurikulum yang memberikan kami kesempatan
untuk memperoleh pengalama hidup yang mewah ini. Tak lupa rekan-rekan tim
Bahasa Inggris, Ibu Ari Rahayu, S. Pd, Sarah Jessica Brafman dari FULLBRIGHT
AMINEF yang telah memberikan waktu dan ide hebatnya untuk membantu
mempersiapkan diri untuk berjuang dengan giat sebelum dan selama lomba, dan tak
lupa Bapak Rahmad Rezki, S. Pd untuk dukungannya. Ibu Vitri untuk siap sedia
berkoordinasi dengan kantin untuk mempersiapkan sarapan pagi-pagi buta jam 5
subuh, serta para driver, bapak Toye,
Bapak Jaji, dan Bapak Ipul untuk kesabarannya untuk antar-jemput selama kami
pergi ke UI dan kembali ke SMA Dwiwarna, alhamdulillah, dengan selamat.
Saya harap tahun depan kami bisa
ikut berpartisipasi kembali dan mudah-mudah bisa lebih menunjukan taring kami
di ALSA UI.
Terima kasih.
Bogor,
29 April 2013.
Achdi Merdianto, S. Pd
Pak, silakan cek tabulasi English Debate pada link dibawah ini, bukannya tidak transparan, hanya saja memang umumnya diposkan disitu setelah selesai lomba, rincian skor per babak dan per org jg ada kok :)
ReplyDeletehttp://groups.yahoo.com/group/indodebaters/message/17992