Mari Mampir!

Selamat datang di blog saya. Selamat menikmati menu beragam yang akan mengisi dahaga mu akan ilmu dan rasa lapar mu akan cerita tentang hidup. Jangan dulu meninggalkan meja makan ku sebelum kamu kenyang dan siap melangkah lagi. Salam kebajikan.
Breaking News
recent

Semakin Jauh


Aku menemukan mu di sebuah gudang kecil di belakang halaman rumah mu. Tali-tali pendek yang mengikat mu di dinding membuat mu tak banyak bergerak. Kamu hanya tersenyum kecil sembari mencoba satu buah sepatu usang yang lama telah lepas dari kaki kanan mu. Kau sesekali malu menutupi wajah mu dengan serbet kecoklatan yang menggantung di meja di dekat tali-tali itu diikatkan.

“Tolong berhenti melihat ku! Sebaiknya kamu pergi sebelum ayah  melihat kita!” Kamu memohon.

“Aku hanya melihat mu dari jauh, kenapa harus takut?” Aku bertanya. Mempertanyakan. Penasaran.

“Karena aku diberi makan oleh beliau. Karena baju yang aku pakai ini beliau belikan. Karena gudang ini beliau tinggalkan agar aku tak kedinginan, kehujanan, dan kepanasan. Karena beliau memberikan aku kehidupan!”  Dia menjawab dengan hati-hati.

Aku diam sejenak dan bepikir.

Aku hendak masuk ke dalam gudang dan dengan ceroboh melepaskan semua tali yang mengikatnya, tetapi kamu dapat membaca gerak-gerik ku dan langsung berteriak, “Jangan pernah mencoba menolong ku karena kamu tidak akan mampu! Bukan karena tak mampu melepaskan tali yang mengikat ku, tetapi karena kehidupan setelahnya yang akan kamu tanggung. Aku belum mampu hidup bersama kamu pula. Dan kamu pun tahu, kan?”

“Ya!” Hanya itu kata yang mampu aku lontarkan dari milyaran kata yang ada di dunia.

“Apakah kamu boneka?” Tiba-tiba aku bertanya satu hal bodoh, menurut ku.

“Bukan! Aku juga manusia. Seperti kamu. Kenapa kamu bertanya seperti itu?” Dia penasaran dengan pertanyaan ku tadi.

“Bagaimana tali-tali itu mengikat mu tanpa simpul sama sekali?” Aku kembali bertanya.

Kamu diam termenung. Seperti berpikir. Seperti mempertanyakan kembali pada dirinya mengapa tali itu menempel, bukan mengikat dengan simpul. Dia menoleh ke belakang dan tak mampu melihatnya dengan jelas.

“Sebaiknya kamu pergi!” Dia meminta dengan tegas, “Karena sebentar lagi beliau pulang dari kantor. Karena sebentar lagi beliau akan membawakan ayam goreng kesukaan ku. Karena beliau akan segera mengunci gudang agar aku aman dari gelapnya malam. Agar aku hidup!”

Kamu banyak mengedipkan mata. Seperti lelah.

Kadang menatap ku dengan ragu. Lalu kembali bertanya, “Mengapa kamu selalu menemui ku. Aku sudah pergi meninggalkan mu. Aku sudah terikat, maksud ku terikat tanpa simpul. Maksud ku aku sudah memiliki kehidupan lama ku. Aku sudah di sini. Kamu tahu maksud ku kan? Jadi sebaiknya kamu pergi, tolong!”

Kamu tampak tidak tenang. Ketakutan. Sesekali melihat ke luar pintu di samping ku.

Kamu bersandar membelakangi dinding. Kamu membenamkan diri diantara kedua lutut mu. Kamu diam dan tak lagi bersuara.

“Pergilah! Hidup ku terikat di sini. Kamu harus pergi!” Dia tiba-tiba memohon dengan suara paraunya.

Aku mengalah. Aku pergi menjauh.

Aku melangkahkan kaki ku dengan berat.

Tak berapa lama, aku mendengar suara pintu tertutup keras.

Aku menoleh mencari tahu. Pintu gudang sudah tertutup rapat.

Aku duga ayah mu telah pulang. Ayah mu telah membawakan ayam goreng kesukaan mu. Ayah mu membawakan baju baru untuk mengganti baju usang yang kamu pakai. Ayah mu memberikan mu kehidupan.

Tapi aku masih mempertanyakan, “Mengapa ayah mu tak pernah mau mengganti sepatu usang yang sudah lama kamu pakai itu?”

Aku mengela napas.

Aku berjalan semakin jauh. Meninggalkan mu.

10 comments:

  1. Saya baca dua kali baru mulai mengerti ceritanya Mas Achdi. Berat sekali tampaknya penderitaan anak itu. Apa cerita ini masih ada lanjutannya?

    ReplyDelete
  2. Jadi penasaran, kenapa sebenernya kak? Auto menunggu kelanjutannya

    ReplyDelete
  3. Sepasang sepatu usang ya pak...
    Apa sebenarnya yang terjadi???
    Next ditunggu kelanjutannya...

    ReplyDelete
  4. Hiks, meski sepatunya telah usang tetapi pasti dia sudah memberikan banyak jasa buat pemakainya ya... begitulah hidup, ada masanya. Yang lama tergantikan oleh yang baru. Seneng nih baca karya Pak Guru, nyastra banget ya

    ReplyDelete
  5. Apakah ini memiliki makna lain? Hehe. Soalnya dalem banget, tentang perasaan "diikat", tentang sepatu yang takpernah diganti.

    ReplyDelete
  6. Ceritanya bikin penasaran dan berharap ada kelanjutannya. Menarik nih.

    ReplyDelete
  7. Iya kenapa ayahmu tidak mau mengganti sepatu usang yg sudah lama di pakai... bakal ada episode lanjutannya . .

    ReplyDelete
  8. Hem, bikin penasaran. tapi singkat ya... hehe...yuk ditunggu kelanjutannya

    ReplyDelete
  9. Mantap pak.. Lanjutkan kisahnya.. Semoga dr kisah ini akan ada makna dan hikmah yg bisa diambil

    ReplyDelete
  10. Perlu baca dua kali untuk mamahami makna dalam cerpen ini hehe.. Ceritanya menarik dan dalem. Mungkin ada sedikit yang mengganggu om. Soal EYD. Kaki ku, ayah ku, melihat ku.. Itu sebaiknya digabung om.. 🙏

    ReplyDelete

Silahkan tinggalkan pesan atau komentar yang membangun untuk penulisan/karya yang lebih baik. Terima kasih.

Powered by Blogger.