Portofolio Siswa dengan Media Blog
Menjadi guru di tahun 2020 adalah sebuah tantangan
besar. Secara positifnya, sebesar keinginan setiap guru yang selalu memiliki
semangat untuk terus belajar.
Adaptasi dari masa pengajaran yang menggunakan bentuk
tatap muka secara langsung menjadi pembelajaran jarak jauh (daring), menciptakan
sebuah pengaruh yang beragam bagi semua pihak.
Secara pribadi, saya cukup kewalahan karena saya harus
mulai membiasakan diri dengan menggunakan segala bentuk teknologi yang
menunjang pembelajaran jarak jauh. Berbagai alat penilaian yang tersedia,
dengan beragam fasilitas, makin membuat saya bingung; mana yang lebih mudah
digunakan dengan belajar otodidak secara cepat dan mana yang membutuhkan waktu
lebih lama untuk dapat diaplikasikan sesegera mungkin.
SEKOLAH TERBAIK
Saya sangat beruntung bahwa sekolah saya sangat
cekatan dalam menghadapi tantangan secara mendadak agar dapat memfasilitasi siswa kami
di SMAS Dwiwarna (Berasrama) Bogor, sehingga pembelajaran secara daring dapat terlaksana
dengan baik.
Sekolah kami mulai memberikan pelatihan google
classroom, google form (sebagai penunjang presensi, evaluasi, dan penugasan),
dan berlangganan zoom business.
TIGA SENJATA TERBAIK
Secara pribadi, saya menggunakan beberapa assessment
tools agar dapat menunjang pembelajaran secara maksimal, beberapa
diantaranya adalah: (1) Google form, (2) Quizizz, dan (3) Quipper.
Ketiga alat penilaian yang saya sebutkan tadi adalah
alat yang paling saya kuasai dan dirasa cocok selama mengajar secara daring.
Di kelas luring, saya biasa menggunakan Kahoot! karena lebih interaktif dan game-based sehingga membuat siswa lebih bersemangat
sekaligus kompetitif secara positif. Adapun beberapa alat penilaian lain yang
sudah saya pelajari tetapi belum saya temukan kecocokannya dengan cara mengajar
daring saya secara pribadi.
PORTOFOLIO SISWA
Di dalam pembelajaran secara luring, sebagai bentuk
penugasan portofolio, saya biasanya meminta siswa untuk mengirimkan semua tugas
melalui pesan elektronik atau e-mail.
Tetapi tahun ini saya tertarik untuk menggunakan media
blog sebagai portofolio untuk masing-masing siswa selama mereka belajar Bahasa
Inggris. Saya pikir, blog dapat menjadi sebuah media yang sangat bernilai
tinggi ketika mereka diminta oleh perguruan tinggi untuk mengumpulkan
portofolio di kemudian hari.
Tak hanya itu, blog pun saya gunakan sebagai media
refleksi dan saran tentang pembelajaran yang terjadi di kelas.
Satu minggu satu tulisan pasti akan membuat mereka enggan, seperti membebani mereka
yang tidak terbiasa menulis (mengingat jika setiap guru memberikan tugas di
setiap mata pelajaran). Ini adalah tantangan besar yang harus saya hadapi ketika
memutuskan untuk membuat proyek media penulisan karya siswa.
Tantangan berat lainnya adalah waktu yang harus saya
sediakan untuk membaca dan memberikan saran terhadap tulisan masing-masing
siswa. Banyak dari mereka bertanya tentang revisi apa yang seharusnya mereka
tuliskan kembali di karya atau riviu mereka. Saya harus siap dengan puluhan
tulisan yang perlu saya perbaiki dan jenis saran apa yang membangun
perkembangan mereka di sisi kepenulisan bahasa Inggris. Tetapi tantangan
tersebut adalah sebuah kenikmatan dalam proses menjadi guru itu sendiri. Saya
dapat melihat sejauh mana saya mampu membuat siswa saya memahami materi yang
saya ajarkan di kelas. Tak hanya itu, mereka pun belajar untuk disiplin menulis
dan bertanggung jawab pada target pembelajaran mereka sendiri. Umumnya saya
lihat, mereka mampu meriviu Kembali topik yang dipelajari.
Di pertemuan pertama, saya memberikan tutorial
bagaimana cara membuat blog. Saya menyarankan media blogger.com
mengingat mereka semua memiliki akun google, sehingga memudahkan pendaftaran
dan mendapatkan akun secara instan. Tetapi saya membuka peluang bagi siswa
untuk eksplorasi platform blog lainnya jika mereka ingin memiliki
tampilan berbeda. Kemudian, saya memberikan informasi bagaimana cara
mengirimkan tautan dari setiap tulisan mereka masing-masing.
Di dalam tulisan mereka yang pertama, saya meminta
mereka untuk memperkenalkan diri, lalu menceritakan tentang pembelajaran di
kelas, materi yang dibahas, kegiatan kelompok, hasil karya kelompok, serta
refleksi atau kesimpulan dari hasil pembelajaran. Saya pun meminta pada mereka
untuk menyertakan saran jika memang dirasa perlu.
Beberapa hasil karya siswa setelah membuat blog diantaranya:
https://errile.blogspot.com/
https://aaimanadhif.blogspot.com/
So after we made that, Mr Ach wants us to write everything today and post it in our personal blog. To be honest I wasn’t that familiar with blog, I mean I read a few things on a blog but never actually write my own blog. And to made it a bit complex Mr Ach wants it minimally 200 words I think, but at first I was a bit lazy and pessimistic about it. But hey, I am at 500+ words right now and I finished it in an hour. It quite fun to write something tho, I guess if you having fun doing it and the have will to do it I think you can accomplished anything. Well this is the end of this post, I will gladly make another post. So peace out.
Selama jadi guru, saya selalu memposisikan diri
sebagai siswa (ketika saya sekolah dulu). Hal apa yang tidak saya peroleh dari
guru, cara mengajar seperti apa yang tampaknya menarik, media apa yang tidak
membosankan, penilaian seperti apa yang dirasa adil oleh siswa, cara komunikasi
apa yang akan mempererat hubungan siswa-guru secara professional dan manusiawi
(bahkan kekeluargaan), penugasan apa yang bermakna tanpa membebani mereka, dan
hal penting lainnya yang membangun sebuah pembelajaran yang efektif bagi siswa.
Apakah di atas hanya teori semata?
Tidak! Hal-hal yang saya sebutkan tadi adalah refleksi
yang selalu saya kontemplasikan selepas selesai mengajar.
Dengan media blog, saya mengharapkan bahwa siswa tidak
hanya mampu merefleksikan kegiatan pembelajaran, penguasaan materi di setiap
pertemuan, tetapi juga melatih kemampuan penggunaan bahasa Inggris secara
nyata.
Yang menarik adalah banyak dari mereka menuliskan
permohonan maaf sebagai bentuk penutup tulisan karena tata bahasa yang kurang
tepat, struktur penulisan yang tidak sistematis, bahkan penguasaan
pembendaharaan kata yang terbatas.
Saya meminta mereka untuk akhirnya selalu menghapuskan
kata-kata maaf tersebut karena mereka tidak berbuat salah. Melakukan kesalah
adalah hal yang wajar.
Saya sangat paham bahwa pada akhirnya mereka ingin
mendapatkan nilai yang di atas kriteria ketuntasan minimal dari karya tulisan
mereka.
Ini adalah proses pembelajaran mereka. Proses adaptasi
dari yang tidak biasa menjadi biasa. Dari yang belum mampu menjadi mampu. Tugas
saya lah yang harus membuat mereka menjadi lebih baik lagi. Oleh karenanya,
blog ini akan menjadi sebuah titik refleksi dimana mereka dapat melirik Kembali
dari awal mereka menulis hingga nanti, minimal hingga mereka lulus dari
sekolah.
Semoga mereka terus dapat konsisten dalam meningkatkan
kemampuan komunikasi mereka, khususnya di pembelajaran bahasa Inggris, umumnya dalam
berbagai ide untuk dibagikan kepada dunia.
Saya tidak mau muluk-muluk agar mereka menjadi blogger.
Saya cukup berharap mereka dapat menjadi insan yang mampu menulis dengan baik,
informatif, dan cerdas ketika ribuan informasi tidak benar semakin merajalela.
Awesome, you've inspired your fellows and students to get the best.
ReplyDeleteThank you
DeleteWah seru banget nih metode pembelajaran zaman now...
ReplyDeleteSelain belajar, anak-anak bisa punya potpolio juga...
Saya pernah juga diminta mengisi workshop cara membuat dan mengelola blog untuk pelajar SMP. Seru...
Keren, Kak. Semoga berlanjut deh tu siswanya jadi suka menulis di blog.
ReplyDeleteAmin
DeleteIdenya bisa jadi contoh untuk memberi warna sistem pembelajaran zaman sekarang. Mendorong siswa aktif berkarya di blog, saya rasa bakal bermanfaat di masa depan buat siswa itu. Keren, kak.
ReplyDeleteSemoga seperti itu. Yang jadi pembelajaran saya, terkadang ada Unversitas yang meminta hasil karya tulisan dalam bentuk portofolio. Semoga tahun depan bisa digunakan.
DeleteSemoga tumbuh generasi yang mampu mengcounter informasi yg tidak jelas. Dengan membekali mereka kompetensi literasi.
ReplyDeleteNah ini salah satu nya juga mbak
DeleteKeren sekali, Pak Guru :)
ReplyDeleteAnak-anak pasti suka karena ini adalah sesuatu yang berbeda daripada sekedar kirim by email. Yang tentunya lebih seru dan menantang.
Jika suka itu masih agak jauh pencapaiannya karena banyak dr mereka malas menulis. Semoga dengan sedikit terpaksa karena tugas, akhirnya mereka bisa menikmati menulisa di blog.
DeleteSekarang metode pembelajaran secara daring memang membuat belajar nggak terasa membosankan,apalagi ide tuk membuat fortofolio lewat media blog dirasa tepat.
ReplyDeleteTapi tidak semua sekolah dapat belajar secara daring dikarenakan akses internet tak ada karena berada di pelosok, sukses terus pak guru.
Justru sebaliknya mbak. Pemblejaran daring akan mudah membuat bosan jika kegiatannya hanya itu-itu saja. Saya pun masih kewalahan.
Deletewah, keren banget ini kak. Saya suka guru yang berkemajuan kaya gini. Saya sendiri pendamping belajar anak-anak selama mereka di rumah. Saya akan sangat support kalau guru meminta anak-anak membuat laporan lewat blog. Saya juga pernah usul hal seperti ini sama guru SMP anak saya, nggak tahu apakah usul itu diwujudkan, karena anak saya udah lulus dari SMP itu.
ReplyDeleteSaya suka dengan orang tua seperti mbaknya, sulit dicari di muka bumi mbak. Kebanyak dr mereka ikutan mengeluh padahal belum sadar betul efek positifnya. Semoga Allah menguatkan saya ya haha
DeleteWah mau dong jd muridnya Mr. Ach juga... Hehe. Scr luringnya aja belajar pake Kahoot! Daringnya pake Gform, Quizizz & Quipper ya. Kl di kampus saya beragam juga bs pake Google Meet, Zoom, Cisco Webex, bahkan seminar proposal pake WA VC aja. Seru ya bahas PJJ
ReplyDeleteSeru dan pusing sekaligus mbak Nur hehe
DeleteWah kerennn. Pasti seneng banget jadi muridnya hihi.
ReplyDeleteSaya dulu ada tugas blog waktu SMP. Tapi poin menariknya di sini disuruh nulis jugaaa. Coba yah dulu dikasi tugas nulis juga. Pasti nyenengin
Saya juga bkalan senenag kalo muridnya seneng :D
DeleteMantabs pak guru. Tantangan bgt nih th 2020. Baik bbagi guru, bagi murid dan orang tua. Betapa di tuntut untuk cekatan dan kreatif, adaptasi dengan teknologi hehe
ReplyDeleteSemoga cepat beradaptasinya. Masih berjuang :)
DeleteWah, keren nih tugasnya. Pasti happy yang jadi muridnya. Semoga ilmuya bermanfaat selalu ya mister....
ReplyDeleteamin Insha Allah nuhun
DeleteKeren, Mas! Sebagai ortu aku salut pada usahamu. Kalau di sekolah anakku karena masih kelas 4 SD materinya di posting di blog gurunya. AKu juga salut sama usahanya. Sehingga anak bia mengulang-ulang materi dari blog. Tetap semangat ya!
ReplyDeleteKeren pak guru.
ReplyDeleteMemang sudah saatnya anak-anak itu diajak memanfaatkan internet untuk menunjang kegiatan belajar mereka. Portofolio yang nggak akan pernah hilang sampai mereka dewasa kelak
Keren Pak,saya jadi ingin mengusulkan hal serupa ke suami jadinya. Membuat diary di blog ya agar kemampuan Inggris sekaligus kemampuan menulis meningkat. Bagus sekali. Kebetulan suami juga guru.
ReplyDeleteIde tulisan kita sama nih, cuman sy tidak pakai quiper, blog siswanya keren juga, bedanya lagi sy di SD
ReplyDeletehttp://www.ayomendidik.com/2020/10/etematik-sebagai-alternatif-inovasi.html?m=1
terima kasih sdh ikut memeriahkan lomba blog bulan bahasa dan sumpah pemuda
ReplyDeleteMasyaallah mantap pak guru. salam kenal saya Muhsin dari Solo. semoga selalu menginspirasi. mari berkunjung ke gubug kecil saya di ahsinmuslim.wordpress.com
ReplyDeleteMantap
ReplyDeleteGatau kenapa saya bisa nyasar ke artikel in dan setelah membaca tulisan ini, bener-bener wah aja gitu, keren. Sesekali penggunaan media teknologi khususnya blog ini harus dijejeli supaya murid bisa lebih kreatif dan gak memanfaatkan teknologi cuma sebatas itu-itu aja. Keren pak, semangat..
ReplyDeleteterima kasih banyak Pak Wen
Delete